BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 26 Mei 2009

UDAH FIX NEH...

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang mulia ini disusunlah kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan dan metode pembelajaran. Kurikulum digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Untuk melihat tingkat pencapaian tujuan pendidikan, diperlukan suatu bentuk evaluasi.
Evaluasi bermakna penilaian secara terus-menerus, komprehensif, dan berkelanjutan terhadap kemampuan siswa selama belajar di sekolah dan merupakan bagian integral dari proses pembelajaran di sekolah. Dalam kerangka kurikulum berbasis kompetensi, Depdiknas sendiri menggariskan bahwa penilaian berkelanjutan dan komprehensif menjadi sangat penting dalam dunia pendidikan. Penilaian berkelanjutan mengacu kepada penilaian yang dilaksanakan oleh guru itu sendiri dengan proses penilaian yang dilakukan secara transparan.
Penilaian dilakukan secara komprehensif dan mencakup aspek kompetensi akademik dan keterampilan hidup. Proses perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan penilaian dilaksanakan oleh para guru dengan penanggung jawab Kepala Sekolah sehingga kinerja seluruh komponen sekolah benar-benar dinilai dan kemampuan guru merancang, memilih alat evaluasi, menyusun soal, dan memberi penilaian benar-benar diuji.
Dari sisi siswa, evaluasi jelas akan merupakan sebuah proses yang 'biasa' yang tidak memerlukan persiapan khusus yang menyita seluruh energinya karena evaluasi tersebut dijalankan oleh sekolahnya, gurunya, dan yang terpenting bahan evaluasi adalah apa yang telah diperoleh selama proses pembelajaran. Ujian Nasional yang menempatkan Pusat sebagai otoritas yang berwewenang secara penuh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tindak lanjutnya melalui SPO (Standar Prosedur Operasional) yang sangat rinci dan ketat.
Dengan demikian evaluasi pendidikan merupakan salah satu komponen utama yang tidak dapat dipisahkan dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat bahwa tidak semua bentuk evaluasi dapat dipakai untuk mengukur pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Informasi tentang tingkat keberhasilan pendidikan akan dapat dilihat apabila alat evaluasi yang digunakan sesuai dan dapat mengukur setiap tujuan. Alat ukur yang tidak relevan dapat mengakibatkan hasil pengukuran tidak tepat bahkan salah sama sekali. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan pemerintah yang merupakan bentuk lain dari Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) yang sebelumnya dihapus.
Alasan penulis memilih SMAK Satu Bhakti untuk diobservasi yaitu karena sekolah ini merupakan tempat penulis pernah menuntut ilmu dan penulis ingin mengetahui sejauh mana persiapan Ujian Nasional yang telah dilakukan oleh sekolah tersebut dan bagaimana keadaan peserta didik dalam menghadapi Ujian Nasional.
Dalam makalah ini penulis akan menguraikan mengenai bagaimana pelaksanaan Ujian Nasional pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas.


1.2 Identifikasi Masalah

Berdasar pada uraian di dalam latar belakang di atas, identifikasi masalah terdiri dari :
1. Apakah memang perlu diadakan Ujian Nasional?
2. Kapan pelaksanaan Ujian Nasional di tingkat Sekolah Menengah Atas?
3. Apa saja mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional untuk jenjang Sekolah Menengah Atas?
4. Bagaimana persiapan Ujian Nasional di sekolah ini?
5. Bagaimana pelaksanaan Ujian Nasionalnya?
6. Bagaimana pengawasan Ujian Nasional?
7. Apa saja kendala-kendala yang terjadi, baik dalam persiapan sampai pelaksanaannya?
8. Harapan sekolah mengenai pelaksanaan Ujian Nasional?


1.3 Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan penulis dalam melakukan pembahasan, maka penulis melakukan batasan yaitu mengenai Ujian Nasional pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas. Bagaimana perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan masalah – masalah yang terjadi dalam penyelenggaraan Ujian Nasional.


1.4 Tujuan Penulisan

1. Untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai Ujian Nasional kepada peserta didik pada umumnya dan secara khusus bagi peserta didik pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas.
2. Untuk memberikan eksposisi terhadap konsep Ujian Nasional kepada masyarakat.
3. Untuk memberikan kesadaran khususnya kepada Pemerintah dan Dinas Pendidikan serta guru tentang pentingnya evaluasi pembelajaran di sekolah.











BAB II
KAJIAN TEORI


2.1 Pengertian Evaluasi Belajar
Tidak ada satupun guru yang tidak ingin berhasil dalam proses mengajar, tentunya semua guru sangat mengharapkan sekali keberhasilan belajar mengajar itu, guru yang masa bodoh terhadap anak didiknya adalah cermin kurang tanggung jawabnya seorang guru menjabat sebagai profesinya, gurung yang tidak mau tahu dengan perkembangan pendidikan anak didiknya adalah tanda guru yang tidak peduli terhadap tantangan zaman yang terus merongrong anak didiknya.
Walaupun ada terobosan baru metode belajar yang bagus, seperti yang di pelopori oleh Bobby De Porter dalam quantum learningnya, tetapi saja tidak cukup, metode yang bagus saja tidak cukup tanpa evaluasi, maka evaluasi sangat di butuhkan sekali dalam pendidikan.Dalam sebuah buku yang berjudul teknik evaluasi pendidikan karya M.Chabib Thoha, beliau mengatakan bahwa Evaluasi berasal dari kata evaluation yang berarti suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu, apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Menurut istilah evaluasi berarti kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur tertentu guna memperoleh kesimpulan. Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu.
Davies mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses untuk memberikan atau menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek (Davies, 1981:3). Menurut Wand dan Brown, evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu (dalam Nurkancana, 1986:1). Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu ( Sudjana, 1990:3). Dengan berdasarkan batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek) berdasarkan kriteria tertentu.
Evaluasi mencakup sejumlah teknik yang tidak bisa diabaikan oleh seorang guru maupun dosen. Evaluasi bukanlah sekumpulan teknik semata-mata, tetapi evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang mendasari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang baik. Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses pembelajaran yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam rangka kegiatan pembelajaran, evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Erman (2003:2) menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai penentuan kesesuaian antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang dievaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu. Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan belajar-mengajar adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap, minat, dan motivasi), dan psikomotor (ketrampilan, gerak, dan tindakan). Tampilan tersebut dapat dievaluasi secara lisan, tertulis, mapupun perbuatan. Dengan demikian mengevaluasi di sini adalah menentukan apakah tampilan siswa telah sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan atau belum.
Apabila lebih lanjut dikaji pengertian evaluasi dalam pembelajaran, maka akan diperoleh pengertian yang tidak jauh berbeda dengan pengertian evaluasi secara umum. Pengertian evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran. Pengukuran yang dimaksud di sini adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan penilaian yang dimaksud di sini adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan pembelajaran secara kualitatif. Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur lebih besifat kuantitatif, sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif. Namun secara umum orang hanya mengidentikkan kegiatan evaluasi sama dengan menilai, karena aktifitas mengukur sudah termasuk didalamnya. Dan tak mungkin melakukan penilaian tanpa didahului oleh kegiatan pengukuran (Arikunto, 1989). Pengukuran dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil tes terhadap standar yang ditetapkan. Perbandingan yang telah diperoleh kemudian dikualitatifkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Viviane dan Gilbert de Lansheere (1984) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan tes adalah tujuan pembelajaran. Evaluasi merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari proses pembelajaran. Dia adalah salah satu alat untuk menentukan apakah suatu pembelajaran telah berhasil atau tidak. Evaluasi keterampilan berbahasa umumnya dilakukan dalam dua bentuk yaitu evaluasi secara tertulis (évaluation à l'écrit) dan evaluasi secara lisan (évaluation à l'oral).
Selain pengertian di atas ternyata pengertian evaluasi pendidikan merupakan proses yang sistematis dalam mengukur tingkat kemajuan yang dicapai siswa, baik ditinjau dari norma tujuan maupun dari norma kelompok dan menentukan apakah siswa mengalami kemajuan yang memuaskan kearah pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan. Bukan hanya seperti di katakan di atas saja pengertian evaluasi, tetapi ada beberapa istilah yang serupa dengan evaluasi itu, yang intinya masih mencakup evaluasi, di antaranya adalah measurement / pengukuran diartikan sebagai proses kegiatan untuk menentukan luas atau kuantitas sesuatu untuk mendapatkan informasi atau data berupa skor mengenai prestasi yang telah dicapai siswa pada periode tertentu dengan menggunakan berbagai tekhnik dan alat ukur yang relevan, tes secara harfiah diartikan suatu alat ukur berupa sederetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan, tingkah laku, potensi, prestasi sebagai hasil pembelajaran dan assessment yang adalah suatu proses pengumpulan data dan pengolahan data tersebut menjadi suatu bentuk yang dapat dijelaskan.





2.2 Teknik Evaluasi

Evaluasi mempunyai beberapa teknik yang berusaha mencari solusi lebih baik dalam mengejar keberhasilan belajar. Pada dasarnya evaluasi itu dapat dibedakan menjadi dua macam bentuk tes yaitu :

• Teknik non tes

• Teknik tes

TEKNIK NON TES
Maksudnya adalah penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dengan cara :

• Skala Bertingkat
Yang dimaksud dengan skala bertingkat atau rating skala adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan anak didik berdasarkan tingkat tinggi rendahnya penguasaan dan penghayatan pembelajaran yang telah diberikan.

• Daftar cocok
Maksudnya adalah suatu tes yang berbentuk daftar pertanyaan yang akan dijawab dengan membubuhkan tanda cocok (x) pada kolom yang telah disediakan.

• Wawancara
Maksudnya adalah semua proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain, mendengar dengan telinganya sendiri.

• Daftar angket
Maksudnya adalah bentuk tes yang berupa daftar pertanyaan yang diajukan pada responden, baik berupa keadaan diri, pengalaman, pengetahuan, sikap dan pendapatnya tentang sesuatu.
• Pengamatan (observasi)
Maksudnya adalah teknik evaluasi yang dilakukan dengan cara meneliti secara cermat dan sistematis. Dengan menggunakan alat indra dapat dilakukan pengamatan terhadap aspek-aspek tingkah laku siswa disekolah. Oleh karena pengamatan ini bersifat langsung mengenai aspek-aspek pribadi siswa, maka pengamatan memiliki kelebihan dari alat non tes lainnya.

• Riwayat hidup
Ini adalah salah satu teknik non tes dengan menggunakan data pribadi seseorang sebagai bahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai.


TEKNIK TES
Teknik tes adalah satu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau merangkai tugas yang harus dikerjakan oleh anak didik atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan.

• Tes subjektif
Tes ini sering pula diartikan sebagai tes essay yaitu tes hasil belajar yang terdiri dari suatu pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang bersifat uraian dan atau penjelasan. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, penjelasan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.

• Tes objektif
Maksudnya adalah adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essay. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak dari pada tes essay.Tes objektif disebut juga dengan istilah short answer test atau new type test. Yang terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan cara memilih diantara alternatif jawaban yang dianggap benar dan paling benar




























BAB III
METODOLOGI


3.1 Waktu dan Tempat
Penulis melakukan observasi pada :
Hari / tanggal : Sabtu / 28 Februari 2009
Tempat : SMAK Satu Bhakti Bogor

3.2 Responden
Nama : Junias Simanjuntak. S.Kom
Tempat Lahir : Bogor
Tanggal Lahir : 16 Desember 1972
NIP : NUPTK 1538.7506.5220.0033
Riwayat Pendidikan :
1. SD 84 Jakarta
2. SMP 88 Jakarta
3. SMA 91 Jakarta
4. Universitas Gunadharma Jurusan Teknik Komputer 1997

Riwayat Pekerjaan :
1. Tahun 1998 bekerja di Astra Credit Company
2. Tahun 1999 menjadi dosen di Triguna
3. Tahun 2000 sampai sekarang menjadi guru di SMAK Satu Bhakti
4. Tahun 2004 diangkat menjadi Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan
5. Tahun 2005-2006 menjadi supervisor technology support di CV target data infosolusi

3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam observasi yang penulis lakukan, yang bertindak sebagai narasumber adalah Bpk. Junias Simanjuntak S.Kom., yang akrab penulis panggil dengan nama Abang, beliau menjawab pertanyaan demi pertanyaan penulis dengan singkat, lalu penulis belajar menyimpulkan setiap point jawaban yang diberikan.
Teknik yang penulis gunakan untuk memperoleh data adalah dengan menggunakan teknik wawancara, sehingga melalui percakapan-percakapan tersebut penulis memperoleh berbagai informasi mengenai kegiatan yang berjalan dan dilakukan sekolah pra-Ujian Nasional. Adapun pengertian wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti mengenai bidang atau sesuatu yang dibutuhkan oleh peneliti dalam rangka melengkapi data yang diperoleh melalui observasi. Dengan teknik wawancara tersebut, penulis memperoleh data-data mengenai pelaksanaan Ujian Nasional, mulai dari persiapan dan pelaksanaan.

3.4 Instrumen Pengumpulan Data
Untuk mempermudah dalam pengumpulan data saat observasi dan wawancara, kami membuat pedoman dalam bentuk istrumen berupa pertanyaan dan pembuatan batasan masalah.

3.5 Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis melakukan kegiatan deskriptif dengan cara mengumpulkan data, lalu data dikelompokkan sesuai dengan tata cara penulisan dan kebutuhan dalam proses penyajian.










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Profil Sekolah

SMAK Satu Bhakti Bogor adalah sekolah yang dibangun pada tahun 1980. Sekolah ini pada mulanya bernama Cristelyke School yang memiliki jenjang pendidikan dari TK, SD, SMP, sampai dengan SMA. SMAK Satu Bhakti beralamat di JL. Kartini no 3 Kota Bogor (0251) 328150 dengan status baik. Dengan NIS 300290 dan NDS B.22054006. Email SMAK1Bakti@Gmail.com

: SMAK Satu Bhakti Bogor
Alamat Sekolah : JL. Kartini no 3 Kota Bogor
No. Telpon :  (0251) 328150
Email : SMAK1Bakti@Gmail.com
N I S : 300290
NDS :B.22054006


4.2 Perencanaan Kegiatan Ujian Nasional
Sejauh ini sudah 90% dari keseluruhan yang harus disiapkan. Untuk persiapan, kepanitiaan inti dari sekolah ini sendiri sudah dibentuk sejak Februari 2009 untuk Ujian Nasional, Ujian Akhir Sekolah, dan Ujian Praktek. Pengawas dari SMAK Satu Bhakti yang dikirim ke Dinas berjumlah 4 orang untuk ditukar dengan pengawas yang berasal dari sekolah lain. Akhir Maret atau awal April pihak sekolah sudah menerima nama – nama pengawas dari lembaga pendidikan yang lain berjumlah 4 orang dan 1 orang guru juga 1 orang dosen.

Untuk Ujian Nasional kali ini, pengawas independent wajib masuk ke kelas. Untuk administrasi, berkas – berkas yang diperlukan sudah disiapkan seperti berkas daftar hadir, mata pelajaran,dll. Juga sudah dipersiapkan dalam bidang kesiswaan itu sendiri dengan menguatkan mental dari peserta didik. Persiapan dua kali try out, pertama pada bulan November dan yang kedua bulan januari. Selain itu juga diadakan pengayaan, pemetaan dan pemahaman akan bahan ujian. Setelah diadakan try out pertama, peserta didik yang dinyatakan belum lulus akan diberi pengayaan lebih. Dan juga ada reimidial.

4.3 Pengorganisasian Kegiatan Ujian Nasional
Dalam pelaksanaan Ujian Nasional ini, pihak yang bertanggung jawab adalah sebagai berikut:
1. Ketua : Drs. Abner Simandjuntak
2. Sekretaris : Junias Simandjuntak, S.Kom
3. Bendahara : B. Sidabutar, SH
4. Pelaksana Harian : a. Ester Simandjuntak .Sp
b. Arjunanta Tarigan, S.Pd

5. Anggota : a. Tien Supriatin
b. Sri Sunarti


4.4 Pengawasan kegiatan Ujian Nasional
Dalam pengawasan sendiri, dari pihak sekolah menyiapkan 2 orang setiap hari dalam mengawasi pelaksanaannya dibantu dengan panitia inti dan juga satgas yang berasal dari guru yang didampingi dengan polisi. Jadi pihak sekolah mengawasi radius 500 m dari lingkungan sekolah supaya tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan. Menurut responden itu sudah cukup aman dalam mengawasi jalannya Ujian Nasional.


4.5 Masalah – masalah dalam penyelenggaraan Ujian Nasional
Kendala yang dihadapi dalam persiapannya adalah keterbatasan daya, dana dan waktu. Karena dana dan waktu yang dimiliki kurang banyak sehingga persiapan tidak maksimal dan juga karena tim inti memiliki keterbatasan sehingga tidak dapat maksimal dalam mengerjakan job des masing – masing. Siswa yang kurang motivasi dalam menghadapi Ujian Nasional sehingga mereka terkesan terlalu santai.
Ada siswa yang menguasai matematika, namun lemah pada mata pelajaran bahasa Inggris, sehingga merasa bahasa inggris merupakan mata pelajaran yang paling dikhawatirkan, begitu pula sebaliknya.
Siswa kelas XII program IPA cenderung mengatakan sulit pada mata pelajaran fisika, bukan matematika, alasanya karena matematika hitungan, ilmu pasti. Sedangkan fisika banyak rumus-rumus yang harus dikuasai dan dipahami. Untuk siswa kelas XII program IPS yang menjadi kendala adalah mata pelajaran ekonomi, terutama materi ekonometrik.


4.6 Upaya mengatasi masalah Ujian Nasional

Solusinya dengan melaksanakan program bimbingan belajar, sebagai wadah siswa melakukan pendalaman materi. Di bimbel ini, suasana nya berbeda dengan belajar di kelas. Saat bimbel, porsi mengerjakan soal dan menyelesaikan soal lebih banyak daripada pemberian materi secara ceramah, siswa aktif menanyakan bagian mana yang belum dipahami, diadakan diskusi juga dalam menjawab soal yang dianggap sulit.

4.7 Pengalaman mengikuti Ujian Nasional
Pertama ketika mengikuti Ujian Nasional merasa takut karena menganggap ujian tersebut sebagai penentuan dari nasib penulis. Dan juga ketika mendengar pengalaman dari kakak kelas yang mengatakan bahwa ujian sangat sulit dan naiknya standar kelulusan sekolah yang menyebabkan menjadi sangat takut. Tetapi setelah membaca soal ternyata tidak sesulit yang diperkirakan. Kuncinya adalah belajar, fokus, dan tekun. Persiapan sangat diperlukan dalam diri pribadi dalam fisik maupun jiwa. Harus menyingkirkan perasaan grogi dan tegang dalam ujian. Dan ternyata hasilyang penulis peroleh cukup memuaskan.





BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Ujian Nasional belu mencapai keefektifan dalam pendidikan misalnya dalam ilmu kependidikan, kemampuan peserta didik mencakup tiga aspek, yakni pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Tapi yang dinilai dalam Ujian Nasional hanya satu aspek kemampuan, yaitu kognitif, sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan sebagai penentu kelulusan.

Dari sisi yuridis, pasal dalam UU Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan, yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Ujian Nasional hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah. Pasal 58 ayat 1 menyatakan, evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

Kenyataannya, selain merampas hak guru melakukan penilaian, Ujian Nasional mengabaikan unsur penilaian yang berupa proses. Selain itu, pada pasal 59 ayat 1 dinyatakan, pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan Tapi dalam Ujian Nasional pemerintah hanya melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan tugas pendidik. Selanjutnya dari sisi sosial dan psikologis. Dalam mekanisme Ujian Nasional yang diselenggarakannya, pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada tahun 2003/2004 dan 4,25 pada tahun 2004/2005.

Ini menimbulkan kecemasan psikologis bagi peserta didik dan orang tua siswa. Siswa dipaksa menghafalkan pelajaran-pelajaran yang akan di-Ujian Nasional-kan di sekolah ataupun di rumah. Dari sisi ekonomi. Secara ekonomis, pelaksanaan Ujian Nasional memboroskan biaya. Tahun lalu, dana yang dikeluarkan dari APBN mencapai Rp 260 miliar, belum ditambah dana dari APBD dan masyarakat. Pada 2005 memang disebutkan pendanaan Ujian Nasional berasal dari pemerintah, tapi tidak jelas sumbernya, sehingga sangat memungkinkan masyarakat kembali akan dibebani biaya.

Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk menangkal penyimpangan finansial dana Ujian Nasional. Sistem pengelolaan selama ini masih sangat tertutup dan tidak jelas pertanggungjawabannya.Maka dapat disimpulkan bahwa perlu adanya perbaikan dalam kebijakan pemerintah mengenai Ujian Nasional tersebut, sehingga dapat lebih menguntungkan masyarakat dan dunia pendidikan.


5.2 Saran
Dalam observasi yang selanjutnya saya berharap dapat mendapatkan pengarahan dari dosen lebih matang lagi sehingga saya tidak bingung terhadap materi yang harus saya observasi.

0 komentar: