BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Minggu, 10 Mei 2009

IPA Terpadu Hadapi Tantangan

Guru dan Kurikulum Belum Sepenuhnya Siap
Jumat, 11 April 2008 | 11:07 WIB
Oleh Agni Rahadyanti
YOGYAKARTA, KOMPAS – Pelaksanaan konsep pembelajaran IPA Terpadu di SMP masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain belum siapnya guru dan kurikulum pendukung. Belum semua guru menguasai materi IPA Terpadu. Selain itu, kurikulum IPA Terpadu terkadang masih menempatkan materi fisika, biologi, dan kimia secara parsial.
Seperti diungkapkan Ekowati Pratiwi, guru IPA dari SMP 1 Tanjungsari, Gunung Kidul, para guru IPA masih terkotak-kotak dengan disiplin ilmu yang diampu sebelumnya. Meski kurikulum sudah IPA Terpadu, guru yang ada masih guru biologi dan guru fisika. Masing-masing guru tersebut belum saling menguasai ilmu satu sama lain.
Belum ada keterpaduan, tutur Ekowati dalam Seminar dan Sosialisasi Program Studi Pendidikan IPA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Yogyakarta, Kamis (10/4). Akibatnya seorang guru biologi hanya mau mengajar biologi, demikian pula guru fisika. Padahal konsep pembelajaran IPA Terpadu menuntut penguasaan materi IPA secara komprehensif.
Suatu materi pembelajaran, seperti konsep makhluk hidup, harus mampu diuraikan dari sisi fisika, kimia, maupun biologi. Ekowati menambahkan, pembelajaran IPA terkadang masih dilakukan secara parsial. Ia mencontohkan, di sekolahnya, kelas VIII semester genap hanya diajarkan mata pelajaran Fisika untuk IPA.
Transisi Ketua Program Studi Pendidikan IPA Fakultas MIPA UNY Zuhdan Kun Prasetyo menuturkan, transisi pengajaran fisika dan biologi menjadi mata pelajaran IPA Terpadu yang sedang dijalani guru-guru SMP saat ini memang tidak mudah.
Beban guru memang berat. Mereka harus menguasai berbagai bidang IPA sekaligus, ujarnya. Namun, pada dasarnya pembelajaran IPA Terpadu sendiri efektif memberikan pemahaman yang komprehensif pada anak-anak tentang konsep- konsep sains.
Dosen Biologi Fakultas MIPA UNY Wuryadi menambahkan, kurikulum pengajaran IPA Terpadu yang interaktif idealnya bisa lebih mendekatkan anak pada dunia nyata. Selain itu, gejala dan persoalan nyata di lingkungan hidup akan terasa semakin tereduksi maknanya jika dipelajari secara terpisah melalui disiplin ilmu yang terpisah.
Kepala Dinas Pendidikan DIY Suwarsih Madya mengakui, penerapan IPA Terpadu memang membutuhkan waktu panjang dan dana yang tidak sedikit untuk menyusun kurikulum, melatih, dan menyiapkan para guru.

0 komentar: