BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 28 Mei 2009

perang lagi?? kenapa tidak memajukan pendidikan??


Sanksi Lebih Berat bagi Korea Utara?

Großansicht des Bildes mit der Bildunterschrift:
Korea Selatan dan AS menaikkan tingkat kesiagaan militer di Semenanjung Korea, setelah pemerintah komunis di Korea Utara menyatakan siap menyerang. PBB mengindikasikan perluasan sanksi.


Korea Utara hampir pasti menghadapi sanksi PBB atas uji coba nuklir yang dilakukannya Senin pekan ini (25/05). Korea Utara telah melanggar resolusi PBB, mengabaikan peringatan internasional dan mengingkari janji, kata Menlu AS Hillary Clinton, Rabu (27/05).

Tindakan semacam itu jelas ada akibatnya, kata Clinton, merujuk pada sidang Dewan Keamanan (DK) mengenai kemungkinan sanksi terhadap Korea Utara.

"Korea Utara sudah mengambil pilihan. Ia memilih untuk melanggar resolusi DK PBB nomor 1718. Korea Utara tidak mempedulikan dunia internasional. Korea Utara membatalkan kewajiban yang dilekatkan padanya lewat perundingan enam negara. Korea Utara terus bertindak secara provokatif dan brutal terhadap negara-negara tetangganya. Ada konsekuensi bagi tindakan semacam itu", kata Clinton.

Secara prinsip, negara-negara anggota DK PBB sepakat bahwa Korea UTara harus dijatuhi sanksi karena melanggar resolusi PBB yang dikeluarkan tahun 2006, setelah negara itu pertama kali melakukan uji coba nuklir.

Seorang diplomat PBB mengatakan, kemungkinan langkah yang diambil mencakup larangan impor ekspor semua senjata dan bukan hanya jenis persenjataan berat. Juga membekukan aset-aset negara dam larangan berkunjung bagi pejabat pemerintah Korea Utara, dan menempatkan lebih banyak perusahaan dalam daftar hitam PBB. Tindakan tersebut memperluas sanksi yang disetujui DK setelah uji coba nuklir pertama tahun 2006.

Korea Utara memicu ketegangan internasional pekan ini dengan serangkaian provokasi yang jarang terlihat sejak perang Korea tahun 1950-53. Termasuk di dalamnya ancaman perang, peluncuran rudal dan uji coba nuklir yang membuat Korea Utara selangkah lebih dekat untuk memiliki bom atom.

Rabu kemarin Korea Utara mengumumkan melepaskan diri dari gencatan senjata yang mengakhiri perang Korea dan kemungkinan melancarkan serangan militer terhadap Korea Selatan. Pyongyang bereaksi marah terhadap keputusan Seoul untuk bergabung dengan prakarsa internasional yang dipimpin AS guna menghentikan penyebaran senjata pemusnah massal.

Para pengamat mengatakan, gertakan Korea Utara boleh jadi sebagian bertujuan untuk mengkukuhkan kekuasaan pemimpinnya Kim Jong-il setelah dugaan serangan stroke terhadap dirinya, Agustus lalu, yang memunculkan banyak pertanyaan tentang kepemimpinannya.

Menurut para pakar senjata, saat Korea Utara berusaha keras mengembangkan persenjataan nuklir, negara itu tak punya cara efektif untuk menyerang dengan hulu ledak nuklir atau bom atom.

Menanggapi ancaman serius Korea Utara, komando gabungan 28.500 tentara AS yang mendukung 670.000 tentara Korea Selatan menaikkan tingkat kesiagaan. Inilah kali pertama penjagaan dinaikkan ke tingkat siaga dua, sejak Korea Utara melakukan uji coba nuklir pertama, Oktober 2006.

Korea Utara yang menjadi lebih miskin sejak Kim Jong-il berkuasa tahun 1994, dikenai sanksi selama bertahun-tahun. Begitu miskinnya sehingga negara itu mengandalkan bantuan luar negeri untuk memberi makan 23 juta penduduknya. Tetapi hal itu tidak menghalanginya dari provokasi seperti yang ditunjukkannya pekan ini.

Selasa, 26 Mei 2009

UDAH FIX NEH...

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi anak agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian, memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang mulia ini disusunlah kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan dan metode pembelajaran. Kurikulum digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Untuk melihat tingkat pencapaian tujuan pendidikan, diperlukan suatu bentuk evaluasi.
Evaluasi bermakna penilaian secara terus-menerus, komprehensif, dan berkelanjutan terhadap kemampuan siswa selama belajar di sekolah dan merupakan bagian integral dari proses pembelajaran di sekolah. Dalam kerangka kurikulum berbasis kompetensi, Depdiknas sendiri menggariskan bahwa penilaian berkelanjutan dan komprehensif menjadi sangat penting dalam dunia pendidikan. Penilaian berkelanjutan mengacu kepada penilaian yang dilaksanakan oleh guru itu sendiri dengan proses penilaian yang dilakukan secara transparan.
Penilaian dilakukan secara komprehensif dan mencakup aspek kompetensi akademik dan keterampilan hidup. Proses perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan penilaian dilaksanakan oleh para guru dengan penanggung jawab Kepala Sekolah sehingga kinerja seluruh komponen sekolah benar-benar dinilai dan kemampuan guru merancang, memilih alat evaluasi, menyusun soal, dan memberi penilaian benar-benar diuji.
Dari sisi siswa, evaluasi jelas akan merupakan sebuah proses yang 'biasa' yang tidak memerlukan persiapan khusus yang menyita seluruh energinya karena evaluasi tersebut dijalankan oleh sekolahnya, gurunya, dan yang terpenting bahan evaluasi adalah apa yang telah diperoleh selama proses pembelajaran. Ujian Nasional yang menempatkan Pusat sebagai otoritas yang berwewenang secara penuh mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tindak lanjutnya melalui SPO (Standar Prosedur Operasional) yang sangat rinci dan ketat.
Dengan demikian evaluasi pendidikan merupakan salah satu komponen utama yang tidak dapat dipisahkan dari rencana pendidikan. Namun perlu dicatat bahwa tidak semua bentuk evaluasi dapat dipakai untuk mengukur pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Informasi tentang tingkat keberhasilan pendidikan akan dapat dilihat apabila alat evaluasi yang digunakan sesuai dan dapat mengukur setiap tujuan. Alat ukur yang tidak relevan dapat mengakibatkan hasil pengukuran tidak tepat bahkan salah sama sekali. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu alat evaluasi yang dikeluarkan pemerintah yang merupakan bentuk lain dari Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) yang sebelumnya dihapus.
Alasan penulis memilih SMAK Satu Bhakti untuk diobservasi yaitu karena sekolah ini merupakan tempat penulis pernah menuntut ilmu dan penulis ingin mengetahui sejauh mana persiapan Ujian Nasional yang telah dilakukan oleh sekolah tersebut dan bagaimana keadaan peserta didik dalam menghadapi Ujian Nasional.
Dalam makalah ini penulis akan menguraikan mengenai bagaimana pelaksanaan Ujian Nasional pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas.


1.2 Identifikasi Masalah

Berdasar pada uraian di dalam latar belakang di atas, identifikasi masalah terdiri dari :
1. Apakah memang perlu diadakan Ujian Nasional?
2. Kapan pelaksanaan Ujian Nasional di tingkat Sekolah Menengah Atas?
3. Apa saja mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional untuk jenjang Sekolah Menengah Atas?
4. Bagaimana persiapan Ujian Nasional di sekolah ini?
5. Bagaimana pelaksanaan Ujian Nasionalnya?
6. Bagaimana pengawasan Ujian Nasional?
7. Apa saja kendala-kendala yang terjadi, baik dalam persiapan sampai pelaksanaannya?
8. Harapan sekolah mengenai pelaksanaan Ujian Nasional?


1.3 Pembatasan Masalah

Untuk memudahkan penulis dalam melakukan pembahasan, maka penulis melakukan batasan yaitu mengenai Ujian Nasional pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas. Bagaimana perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan masalah – masalah yang terjadi dalam penyelenggaraan Ujian Nasional.


1.4 Tujuan Penulisan

1. Untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai Ujian Nasional kepada peserta didik pada umumnya dan secara khusus bagi peserta didik pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas.
2. Untuk memberikan eksposisi terhadap konsep Ujian Nasional kepada masyarakat.
3. Untuk memberikan kesadaran khususnya kepada Pemerintah dan Dinas Pendidikan serta guru tentang pentingnya evaluasi pembelajaran di sekolah.











BAB II
KAJIAN TEORI


2.1 Pengertian Evaluasi Belajar
Tidak ada satupun guru yang tidak ingin berhasil dalam proses mengajar, tentunya semua guru sangat mengharapkan sekali keberhasilan belajar mengajar itu, guru yang masa bodoh terhadap anak didiknya adalah cermin kurang tanggung jawabnya seorang guru menjabat sebagai profesinya, gurung yang tidak mau tahu dengan perkembangan pendidikan anak didiknya adalah tanda guru yang tidak peduli terhadap tantangan zaman yang terus merongrong anak didiknya.
Walaupun ada terobosan baru metode belajar yang bagus, seperti yang di pelopori oleh Bobby De Porter dalam quantum learningnya, tetapi saja tidak cukup, metode yang bagus saja tidak cukup tanpa evaluasi, maka evaluasi sangat di butuhkan sekali dalam pendidikan.Dalam sebuah buku yang berjudul teknik evaluasi pendidikan karya M.Chabib Thoha, beliau mengatakan bahwa Evaluasi berasal dari kata evaluation yang berarti suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu, apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Menurut istilah evaluasi berarti kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur tertentu guna memperoleh kesimpulan. Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu.
Davies mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses untuk memberikan atau menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek (Davies, 1981:3). Menurut Wand dan Brown, evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu (dalam Nurkancana, 1986:1). Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu ( Sudjana, 1990:3). Dengan berdasarkan batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek) berdasarkan kriteria tertentu.
Evaluasi mencakup sejumlah teknik yang tidak bisa diabaikan oleh seorang guru maupun dosen. Evaluasi bukanlah sekumpulan teknik semata-mata, tetapi evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang mendasari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang baik. Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses pembelajaran yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam rangka kegiatan pembelajaran, evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Erman (2003:2) menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai penentuan kesesuaian antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini yang dievaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu. Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan belajar-mengajar adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan dan intelektual), afektif (sikap, minat, dan motivasi), dan psikomotor (ketrampilan, gerak, dan tindakan). Tampilan tersebut dapat dievaluasi secara lisan, tertulis, mapupun perbuatan. Dengan demikian mengevaluasi di sini adalah menentukan apakah tampilan siswa telah sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan atau belum.
Apabila lebih lanjut dikaji pengertian evaluasi dalam pembelajaran, maka akan diperoleh pengertian yang tidak jauh berbeda dengan pengertian evaluasi secara umum. Pengertian evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran. Pengukuran yang dimaksud di sini adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan penilaian yang dimaksud di sini adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan pembelajaran secara kualitatif. Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur lebih besifat kuantitatif, sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif. Namun secara umum orang hanya mengidentikkan kegiatan evaluasi sama dengan menilai, karena aktifitas mengukur sudah termasuk didalamnya. Dan tak mungkin melakukan penilaian tanpa didahului oleh kegiatan pengukuran (Arikunto, 1989). Pengukuran dapat dilakukan dengan cara membandingkan hasil tes terhadap standar yang ditetapkan. Perbandingan yang telah diperoleh kemudian dikualitatifkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Viviane dan Gilbert de Lansheere (1984) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan tes adalah tujuan pembelajaran. Evaluasi merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan dari proses pembelajaran. Dia adalah salah satu alat untuk menentukan apakah suatu pembelajaran telah berhasil atau tidak. Evaluasi keterampilan berbahasa umumnya dilakukan dalam dua bentuk yaitu evaluasi secara tertulis (évaluation à l'écrit) dan evaluasi secara lisan (évaluation à l'oral).
Selain pengertian di atas ternyata pengertian evaluasi pendidikan merupakan proses yang sistematis dalam mengukur tingkat kemajuan yang dicapai siswa, baik ditinjau dari norma tujuan maupun dari norma kelompok dan menentukan apakah siswa mengalami kemajuan yang memuaskan kearah pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan. Bukan hanya seperti di katakan di atas saja pengertian evaluasi, tetapi ada beberapa istilah yang serupa dengan evaluasi itu, yang intinya masih mencakup evaluasi, di antaranya adalah measurement / pengukuran diartikan sebagai proses kegiatan untuk menentukan luas atau kuantitas sesuatu untuk mendapatkan informasi atau data berupa skor mengenai prestasi yang telah dicapai siswa pada periode tertentu dengan menggunakan berbagai tekhnik dan alat ukur yang relevan, tes secara harfiah diartikan suatu alat ukur berupa sederetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan, tingkah laku, potensi, prestasi sebagai hasil pembelajaran dan assessment yang adalah suatu proses pengumpulan data dan pengolahan data tersebut menjadi suatu bentuk yang dapat dijelaskan.





2.2 Teknik Evaluasi

Evaluasi mempunyai beberapa teknik yang berusaha mencari solusi lebih baik dalam mengejar keberhasilan belajar. Pada dasarnya evaluasi itu dapat dibedakan menjadi dua macam bentuk tes yaitu :

• Teknik non tes

• Teknik tes

TEKNIK NON TES
Maksudnya adalah penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dengan cara :

• Skala Bertingkat
Yang dimaksud dengan skala bertingkat atau rating skala adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan anak didik berdasarkan tingkat tinggi rendahnya penguasaan dan penghayatan pembelajaran yang telah diberikan.

• Daftar cocok
Maksudnya adalah suatu tes yang berbentuk daftar pertanyaan yang akan dijawab dengan membubuhkan tanda cocok (x) pada kolom yang telah disediakan.

• Wawancara
Maksudnya adalah semua proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain, mendengar dengan telinganya sendiri.

• Daftar angket
Maksudnya adalah bentuk tes yang berupa daftar pertanyaan yang diajukan pada responden, baik berupa keadaan diri, pengalaman, pengetahuan, sikap dan pendapatnya tentang sesuatu.
• Pengamatan (observasi)
Maksudnya adalah teknik evaluasi yang dilakukan dengan cara meneliti secara cermat dan sistematis. Dengan menggunakan alat indra dapat dilakukan pengamatan terhadap aspek-aspek tingkah laku siswa disekolah. Oleh karena pengamatan ini bersifat langsung mengenai aspek-aspek pribadi siswa, maka pengamatan memiliki kelebihan dari alat non tes lainnya.

• Riwayat hidup
Ini adalah salah satu teknik non tes dengan menggunakan data pribadi seseorang sebagai bahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai.


TEKNIK TES
Teknik tes adalah satu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau merangkai tugas yang harus dikerjakan oleh anak didik atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan.

• Tes subjektif
Tes ini sering pula diartikan sebagai tes essay yaitu tes hasil belajar yang terdiri dari suatu pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang bersifat uraian dan atau penjelasan. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, penjelasan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.

• Tes objektif
Maksudnya adalah adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essay. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak dari pada tes essay.Tes objektif disebut juga dengan istilah short answer test atau new type test. Yang terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan cara memilih diantara alternatif jawaban yang dianggap benar dan paling benar




























BAB III
METODOLOGI


3.1 Waktu dan Tempat
Penulis melakukan observasi pada :
Hari / tanggal : Sabtu / 28 Februari 2009
Tempat : SMAK Satu Bhakti Bogor

3.2 Responden
Nama : Junias Simanjuntak. S.Kom
Tempat Lahir : Bogor
Tanggal Lahir : 16 Desember 1972
NIP : NUPTK 1538.7506.5220.0033
Riwayat Pendidikan :
1. SD 84 Jakarta
2. SMP 88 Jakarta
3. SMA 91 Jakarta
4. Universitas Gunadharma Jurusan Teknik Komputer 1997

Riwayat Pekerjaan :
1. Tahun 1998 bekerja di Astra Credit Company
2. Tahun 1999 menjadi dosen di Triguna
3. Tahun 2000 sampai sekarang menjadi guru di SMAK Satu Bhakti
4. Tahun 2004 diangkat menjadi Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan
5. Tahun 2005-2006 menjadi supervisor technology support di CV target data infosolusi

3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam observasi yang penulis lakukan, yang bertindak sebagai narasumber adalah Bpk. Junias Simanjuntak S.Kom., yang akrab penulis panggil dengan nama Abang, beliau menjawab pertanyaan demi pertanyaan penulis dengan singkat, lalu penulis belajar menyimpulkan setiap point jawaban yang diberikan.
Teknik yang penulis gunakan untuk memperoleh data adalah dengan menggunakan teknik wawancara, sehingga melalui percakapan-percakapan tersebut penulis memperoleh berbagai informasi mengenai kegiatan yang berjalan dan dilakukan sekolah pra-Ujian Nasional. Adapun pengertian wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti mengenai bidang atau sesuatu yang dibutuhkan oleh peneliti dalam rangka melengkapi data yang diperoleh melalui observasi. Dengan teknik wawancara tersebut, penulis memperoleh data-data mengenai pelaksanaan Ujian Nasional, mulai dari persiapan dan pelaksanaan.

3.4 Instrumen Pengumpulan Data
Untuk mempermudah dalam pengumpulan data saat observasi dan wawancara, kami membuat pedoman dalam bentuk istrumen berupa pertanyaan dan pembuatan batasan masalah.

3.5 Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis melakukan kegiatan deskriptif dengan cara mengumpulkan data, lalu data dikelompokkan sesuai dengan tata cara penulisan dan kebutuhan dalam proses penyajian.










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Profil Sekolah

SMAK Satu Bhakti Bogor adalah sekolah yang dibangun pada tahun 1980. Sekolah ini pada mulanya bernama Cristelyke School yang memiliki jenjang pendidikan dari TK, SD, SMP, sampai dengan SMA. SMAK Satu Bhakti beralamat di JL. Kartini no 3 Kota Bogor (0251) 328150 dengan status baik. Dengan NIS 300290 dan NDS B.22054006. Email SMAK1Bakti@Gmail.com

: SMAK Satu Bhakti Bogor
Alamat Sekolah : JL. Kartini no 3 Kota Bogor
No. Telpon :  (0251) 328150
Email : SMAK1Bakti@Gmail.com
N I S : 300290
NDS :B.22054006


4.2 Perencanaan Kegiatan Ujian Nasional
Sejauh ini sudah 90% dari keseluruhan yang harus disiapkan. Untuk persiapan, kepanitiaan inti dari sekolah ini sendiri sudah dibentuk sejak Februari 2009 untuk Ujian Nasional, Ujian Akhir Sekolah, dan Ujian Praktek. Pengawas dari SMAK Satu Bhakti yang dikirim ke Dinas berjumlah 4 orang untuk ditukar dengan pengawas yang berasal dari sekolah lain. Akhir Maret atau awal April pihak sekolah sudah menerima nama – nama pengawas dari lembaga pendidikan yang lain berjumlah 4 orang dan 1 orang guru juga 1 orang dosen.

Untuk Ujian Nasional kali ini, pengawas independent wajib masuk ke kelas. Untuk administrasi, berkas – berkas yang diperlukan sudah disiapkan seperti berkas daftar hadir, mata pelajaran,dll. Juga sudah dipersiapkan dalam bidang kesiswaan itu sendiri dengan menguatkan mental dari peserta didik. Persiapan dua kali try out, pertama pada bulan November dan yang kedua bulan januari. Selain itu juga diadakan pengayaan, pemetaan dan pemahaman akan bahan ujian. Setelah diadakan try out pertama, peserta didik yang dinyatakan belum lulus akan diberi pengayaan lebih. Dan juga ada reimidial.

4.3 Pengorganisasian Kegiatan Ujian Nasional
Dalam pelaksanaan Ujian Nasional ini, pihak yang bertanggung jawab adalah sebagai berikut:
1. Ketua : Drs. Abner Simandjuntak
2. Sekretaris : Junias Simandjuntak, S.Kom
3. Bendahara : B. Sidabutar, SH
4. Pelaksana Harian : a. Ester Simandjuntak .Sp
b. Arjunanta Tarigan, S.Pd

5. Anggota : a. Tien Supriatin
b. Sri Sunarti


4.4 Pengawasan kegiatan Ujian Nasional
Dalam pengawasan sendiri, dari pihak sekolah menyiapkan 2 orang setiap hari dalam mengawasi pelaksanaannya dibantu dengan panitia inti dan juga satgas yang berasal dari guru yang didampingi dengan polisi. Jadi pihak sekolah mengawasi radius 500 m dari lingkungan sekolah supaya tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan. Menurut responden itu sudah cukup aman dalam mengawasi jalannya Ujian Nasional.


4.5 Masalah – masalah dalam penyelenggaraan Ujian Nasional
Kendala yang dihadapi dalam persiapannya adalah keterbatasan daya, dana dan waktu. Karena dana dan waktu yang dimiliki kurang banyak sehingga persiapan tidak maksimal dan juga karena tim inti memiliki keterbatasan sehingga tidak dapat maksimal dalam mengerjakan job des masing – masing. Siswa yang kurang motivasi dalam menghadapi Ujian Nasional sehingga mereka terkesan terlalu santai.
Ada siswa yang menguasai matematika, namun lemah pada mata pelajaran bahasa Inggris, sehingga merasa bahasa inggris merupakan mata pelajaran yang paling dikhawatirkan, begitu pula sebaliknya.
Siswa kelas XII program IPA cenderung mengatakan sulit pada mata pelajaran fisika, bukan matematika, alasanya karena matematika hitungan, ilmu pasti. Sedangkan fisika banyak rumus-rumus yang harus dikuasai dan dipahami. Untuk siswa kelas XII program IPS yang menjadi kendala adalah mata pelajaran ekonomi, terutama materi ekonometrik.


4.6 Upaya mengatasi masalah Ujian Nasional

Solusinya dengan melaksanakan program bimbingan belajar, sebagai wadah siswa melakukan pendalaman materi. Di bimbel ini, suasana nya berbeda dengan belajar di kelas. Saat bimbel, porsi mengerjakan soal dan menyelesaikan soal lebih banyak daripada pemberian materi secara ceramah, siswa aktif menanyakan bagian mana yang belum dipahami, diadakan diskusi juga dalam menjawab soal yang dianggap sulit.

4.7 Pengalaman mengikuti Ujian Nasional
Pertama ketika mengikuti Ujian Nasional merasa takut karena menganggap ujian tersebut sebagai penentuan dari nasib penulis. Dan juga ketika mendengar pengalaman dari kakak kelas yang mengatakan bahwa ujian sangat sulit dan naiknya standar kelulusan sekolah yang menyebabkan menjadi sangat takut. Tetapi setelah membaca soal ternyata tidak sesulit yang diperkirakan. Kuncinya adalah belajar, fokus, dan tekun. Persiapan sangat diperlukan dalam diri pribadi dalam fisik maupun jiwa. Harus menyingkirkan perasaan grogi dan tegang dalam ujian. Dan ternyata hasilyang penulis peroleh cukup memuaskan.





BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Ujian Nasional belu mencapai keefektifan dalam pendidikan misalnya dalam ilmu kependidikan, kemampuan peserta didik mencakup tiga aspek, yakni pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Tapi yang dinilai dalam Ujian Nasional hanya satu aspek kemampuan, yaitu kognitif, sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan sebagai penentu kelulusan.

Dari sisi yuridis, pasal dalam UU Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan, yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Ujian Nasional hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah. Pasal 58 ayat 1 menyatakan, evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

Kenyataannya, selain merampas hak guru melakukan penilaian, Ujian Nasional mengabaikan unsur penilaian yang berupa proses. Selain itu, pada pasal 59 ayat 1 dinyatakan, pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan Tapi dalam Ujian Nasional pemerintah hanya melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan tugas pendidik. Selanjutnya dari sisi sosial dan psikologis. Dalam mekanisme Ujian Nasional yang diselenggarakannya, pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada tahun 2003/2004 dan 4,25 pada tahun 2004/2005.

Ini menimbulkan kecemasan psikologis bagi peserta didik dan orang tua siswa. Siswa dipaksa menghafalkan pelajaran-pelajaran yang akan di-Ujian Nasional-kan di sekolah ataupun di rumah. Dari sisi ekonomi. Secara ekonomis, pelaksanaan Ujian Nasional memboroskan biaya. Tahun lalu, dana yang dikeluarkan dari APBN mencapai Rp 260 miliar, belum ditambah dana dari APBD dan masyarakat. Pada 2005 memang disebutkan pendanaan Ujian Nasional berasal dari pemerintah, tapi tidak jelas sumbernya, sehingga sangat memungkinkan masyarakat kembali akan dibebani biaya.

Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk menangkal penyimpangan finansial dana Ujian Nasional. Sistem pengelolaan selama ini masih sangat tertutup dan tidak jelas pertanggungjawabannya.Maka dapat disimpulkan bahwa perlu adanya perbaikan dalam kebijakan pemerintah mengenai Ujian Nasional tersebut, sehingga dapat lebih menguntungkan masyarakat dan dunia pendidikan.


5.2 Saran
Dalam observasi yang selanjutnya saya berharap dapat mendapatkan pengarahan dari dosen lebih matang lagi sehingga saya tidak bingung terhadap materi yang harus saya observasi.

Kamis, 21 Mei 2009

동방신기


Besides the usual performance and endorsement deals, many artistes are also likely to invest. According to Korea media reports, actor Bae Yong Joon is currently the richest South Korean celebrity.

With the rebound of the Korean stock market this year, celebrities who dabbled in the stock market benefitted significantly in terms of wealth. According to Korean media reports, there are currently five South Korean celebrities with stocks worth over 1 billion won (about S$1.16million); among them is Bae, who owns the largest portion, 34.8%, of the shares in Korean listed company KeyEast.

As compared to the first trading day of this year, KeyEast's share price has soared by over 50 percent with Bae earning about 6 billion won (about S$7 million) from it, making him into the richest South Korean celebrity at present.

Second in line is the entertainment company which manages the famous South Korean boy band Tohoshinki.* Third is Asian superstar Rain, who owns 13.36% of the shares of J.Tune Entertainment, which shares have hit a market price of 3.6 billion won (S$4.3million).

Rabu, 20 Mei 2009

동방신기


모든 사람들이있다 뭐든 .. 난 상관 없어. 난 동방신기 여전히 최고의 ...
동방신기 동 아직도 영원히 좋나 ... 뭐든 난 상관 없어 .. 처음부터 지원합니다, 오른쪽, 아래, 앞, 뒷면 왼쪽과 저는 앞으로도 포기하지 마세요 ... 계속됩니다 끝날 때까지 정신을 유지
... 그럼 우리는 싸움을 ...

Kamis, 14 Mei 2009

동방신기 동에서 최신 뉴스

동방신기 baru saja menyelesaikan promo secret code mereka di jepang beberapa menit yang lalu...

promo berlangsung dengan sangat baik dan mendapat antusias penonton"big east"
sungguh prestasi yang sangat membanggakan....



sesuai jadwal pada akhir bulan ini akan semakin sering untuk promo secret code dan juga 3rd tour concert Asia...


hwaiting...전투용의

동방신기 동에서 최신 뉴스

동방신기 baru saja menyelesaikan promo secret code mereka di jepang beberapa menit yang lalu...

promo berlangsung dengan sangat baik dan mendapat antusias penonton"big east"
sungguh prestasi yang sangat membanggakan....



sesuai jadwal pada akhir bulan ini akan semakin sering untuk promo secret code dan juga 3rd tour concert Asia...


hwaiting...전투용의

Senin, 11 Mei 2009

15 Kepala Sekolah SD Diperiksa Kejari Madiun

15 Kepala Sekolah SD Diperiksa Kejari Madiun
Jum'at, 18 Januari 2008 - 04:42 wib
TEXT SIZE :




MADIUN - Diam-diam Kejaksaan Negeri (Kejari) Madiun melakukan pemeriksaan terhadap 15 Kepala Sekolah (Kasek) SD terkait dugaan korupsi Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2007 senilai Rp14,750 milyar. Pemeriksaan terhadap para kasek ini dilakukan di ruang Kasi Pidana Khusus (Kasi Pidsus) Kejari Madiun sekitar pukul 09.00 WIB Kamis (17/1).

Pemeriksaan ini dilakukan langsung oleh 6 penyidik dari Kejati Jawa Timur yang diketuai oleh Gembong Priyanto (Kasi Sospol Assintel Kejati Jatim. Para kasek ini diperiksa terkait penggunaan dana rehab gedung sekolah dan penyediaan sarana sekolah. Selain memeriksa kepala sekolah, sebelumnya penyidik Kejati Jatim juga telah memeriksa Kepala Dinas Pendidikan Kab Madiun, Sumardi, mantan Kepala Dinas Pendidikan, Wahyu Edi Widodo yang saat ini menjabat sebagai Asisten III Pemkab Madiun, serta tim teknis di Kejati Jatim.

Menurut Staf Intel Kejari Madiun, Suyanto, pemeriksaan dugaan korupsi DAK Kabupaten Madiun 2007 senilai Rp14,750 milyar ini ditangani langsung oleh penyidik Kejati Jatim. Namun, untuk memudahkan pemeriksaan sengaja dilakukan di Kejari Madiun. "Pemeriksaan ini baru sebatas pengumpulan data (puldata) dan pengumpulan bahan keterangan (pulkbaket)," ujarnya, Kamis (17/1/2008).

Menurut dia, pemeriksaan ini dilakukan setelah ada laporan dari salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Madiun yang melaporkan adanya dugaan korupsi dana DAK 2007 untuk rehab gedung dan penyediaan sarana sekolah di Kejati Jatim beberapa waktu lalu.

Kepala Dinas Pendidikan Kab Madiun, Sumardi, mengakui dia telah diperiksa di Kejati Jatim bersama tim teknis dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kab Madiun beberapa hari lalu.

"Jadi, penyidik Kejati Jatim sebenarnya melakukan penggalian data terkait penggunaan dana DAK 2007 untuk rehab gedung dan penyediaan sarana sekolah. Saya sendiri dua hari lalu sudah datang ke Kejati Jatim bersama tim teknis," ujarnya.

Menurut dia, dana DAK 2007 sebesar Rp14,750 milyar saat itu digunakan untuk merehab 59 gedung sekolah SD/MI di Kab Madiun. Masing-masing sekolah mendapat dana sebesar Rp150 juta untuk rehab fisik dan Rp100 juta untuk penyediaan sarana sekolah. Untuk rehab fisik diantaranya merehab ruang kelas, sanitasi air bersih, pengadaan meubeler, dan rehab rumah dinas guru dan penjaga sekolah. Sedangkan, penyediaan sarana meliputi buku referensi, buku pengajaran, alat peraga, dan komputer. "DAK itu sebesar Rp13,103 milyar berasal dari pusat dan sekitar Rp1,6 milyar dari APBD Kab Madiun," ujarnya. (Muhammad Roqib/Sindo/fit)

Disdik Palu Matangkan Program Sarana Standar

Disdik Palu Matangkan Program Sarana Standar

PALU - Setiap satuan pendidikan menurut Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Palu, Ardiansyah Lamasitudju SPd, wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Setiap satuan pendidikan, juga wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas seperti pada rombongan belajar dan ruang kelas yang harus sama, agar tidak ada lagi siswa yang sekolah double seat, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang serta tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.

Program ini menurut Ardiansyah sesuai dengan amanah Permendiknas RI No 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (SD dan MI), Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (SMP dan MTs), dan Sekolah Menengah Atas serta Madrasah Aliyah (SMA dan MA). Juga berdasarkan, Permendiknas RI No 40 Tahun 2008 tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).

“Di 2009 ini, Disdik Kota Palu akan mematangkan pendataan pembuatan data base guna mendukung program sarana standar. Program sarana standar tersebut bertujuan agar sarana sekolah harus memadai dalam kaitannya mendukung mutu pendidikan,”katanya ditemui Jumat kemarin (1/5).

Untuk pengadaan buku, diwajibkan satu siswa satu buku permata pelajaran, pengadaan alat peraga harus memadai dengan kebutuhan siswa dan dan pengadaan alat pendidikan lainnya. Jumlah guru juga harus berdasarkan jumlah rombongan belajar dan mata pelajaran. Untuk itu dihindari tradisi mutasi. Artinya jika di sekolah A sudah terpenuhi gurunya berdasarkan standar, maka tidak perlu lagi ada mutasi.

Terkecuali urai Ardiansyah, di sekolah A ada guru yang meninggal, dipromosi atau ikut suami maka guru di sekolah tersebut baru diisi kembali. Agar kebutuhan guru di sekolah tersebut tetap terpenuhi tidak lebih dan tidak kurang.

"Semua program yang akan kami jalankan tersebut tidak secara keseluruhan akan tetapi akan dilakukan secara bertahap. Sehingga diharapkan pemerataan akan tujuan pendidikan itu dapat terlaksana. Walaupun harus diakui membutuhkan suatu proses,"paparnya.

Hanya saja kata Ardiansyah menambahkan bahwa sebagai langkah awal, progran sarana standar ini baru dilaksanakan di tingkat SD dan MI.(suf)


[ Kembali ] [ Atas ]

Sarana Sekolah Distandarkan

Sarana Sekolah Distandarkan
Rumusan dari BSNP Memasuki Tahap Uji Publik


Jakarta, Kompas - Guna memeratakan mutu layanan pendidikan di seluruh wilayah Tanah Air, Badan Standar Nasional Pendidikan atau BSNP telah menyusun standar sarana dan prasarana pendidikan jenjang SD-SMA.

Adapun standar untuk sekolah menengah kejuruan (SMK) masih perlu pengkajian karena setiap SMK punya spesifikasi berdasarkan rumpun keahlian yang diasuhnya.

"Rumusan standar yang disusun oleh BSNP beberapa bulan terakhir kini memasuki tahapan uji pubik," ujar Yunan Yusuf, Ketua BSNP, Jumat (1/12) malam.

Menurut jadwal, uji publik standar sarana dan prasarana pendidikan SD-SMA berlangsung 2-3 Desember 2006 di sebuah hotel di Jakarta. Uji publik dimaksudkan untuk menghimpun masukan dari masyarakat atau pemangku kepentingan. Selanjutnya, standar tersebut menjadi acuan bagi pemerintah dan masyarakat penyelenggara pendidikan.

Yunan menyebutkan, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, ada delapan aspek yang harus disusun standarnya oleh BSNP. Ke delapan aspek itu adalah standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian.

Standar yang sudah disusun BSNP dan telah dituangkan dalam Peraturan Mendiknas baru dua aspek, yakni standar isi dan standar kompetensi lulusan. Standar proses telah diujipublikkan, pekan lalu.

Hindari jorjoran

Tentang urgensi dari standar sarana dan prasarana, penanggung jawab penyusunan standar sarana dan prasarana yang juga anggota BSNP, Tri Edi Baskoro, menegaskan bahwa sarana dan prasarana ikut menentukan mutu pembelajaran. Cakupan standar tersebut antara lain ruang kelas, ruang guru, ruang perpustakaan, dan ruang laboratorium. Di samping itu, gedung sekolah, halaman, dan ruang olahraga juga ikut distandarkan.

Terkait dengan kelancaran proses belajar-mengajar, Tri Edi Baskoro menunjukkan kapasitas ruang kelas sebagai hal yang paling signifikan dalam standar tersebut. Kalau dulunya satu ruang kelas SD-SMA dirancang berkapasitas 30-40, maka kali ini kapasitasnya mulai dirampingkan. Untuk SD, kapasitas ruang kelas dipatok 28. Adapun ruang kelas untuk SMP dan SMA dirancang berkapasitas 32.

Salah satu esensi dari standar sarana dan prasarana, kata Tri Edi Baskoro, adalah setiap satuan pendidikan hendaknya menyediakan ruang belajar yang menyenangkan bagi siswa.

"Jangan sampai ada sekolah yang jorjoran menerima siswa baru pada awal tahun ajaran, tetapi tidak memperhitungkan aspek kenyamanan belajar. Ruang belajar yang proporsional sangat menunjang efektivitas pembelajaran," tutur Tri.

Ia menambahkan, standar sarana dan prasarana pendidikan tidak membedakan sekolah yang berada di kota maupun desa. Hal itu dimaksudkan agar standar sarana dan prasarana berlaku secara nasional. (NAR)

Dewan Minta Warga Manfaatkan Sarana Sekolah

Edisi : Selasa, 15.Juli.2008 | 15:25 wib
SUNGAILIAT -- Anggota dewan dapil Bakam Ahmad Asin menghimbau agar warga dapat memanfaatkan fasilitas sekolah SMP 3 Tiang Tara yang sudah dibangun.

Hal ini diketahui dari sidak ke SMP 3 Kecamatan Bakam antara Neknang dan Tiang Tara, masih banyak warga yang tidak memanfaatkan sekolah tersebut. Padahal di lokasi tersebut ada empat sekolah dasar yang meluluskan sebanyak 97 siswa tahun ini, namun yang masuk sekolah tersebut hanya 60 orang.

"Jadi saya mintalah sekolah itu dibangunkan untuk mempermudah akses lebih dekat, sedangkan 37 siswa SD yang lulus memang kita tidak tahu apakah melanjutkan di SMP yang mana atau sama sekali tidak sekolah, maka saya himbau warga agar memang menggunakan fasilitas sekolah yang sudah dibangun untuk bersekolah di SMP tersebut," ujar Ahmad Asin kepada Bangka Pos Group, Selasa (15/7).

Asin juga menyarankan bila memang keberadaan SMP 3 yang baru dibangun tersebut kurang sosialisasi agar sekolah lebih aktif mensosialisasikan sekolah yang baru dibangun tersebut.

"Saya minta ke warga disana jangan sampai tidak sekolah, karena program pemerintah cukup banyak untuk membantulah sudah ada BOS, sarana sekolah sudah ada agar dapat dimanfaatkan," ungkap Asin.

Lebih lanjut Asin mengatakan meski baru dibangun sekolah tersebut sudah memiliki tujuh tenaga pendidik yaitu Kepsek dan guru PNS satu orang serta lima orang guru honor. Asin juga meminta agar pemda kabupaten Bangka segera membangun pagar dan menyediakan aliran listrik untuk sekolah tersebut serta membangun rumah untuk penjaga sekolah. (bangka pos/h7)

sumber: BANGKA POS / Meliyanti

Tambah Sarana Sekolah

Tambah Sarana Sekolah


Pontianak,- KUALITAS lulusan sebuah sekolah tak terlepas dari kelengkapan sarana dan prasarananya. Tak mengherankan, jika sekolah-sekolah yang memiliki fasilitas lengkap dan canggih mengeluarkan jebolan yang juga berkualitas. Namun, kondisi ini sangat berbeda dengan daerah pedalaman.

"Masih banyak sekolah yang tidak memiliki fasilitas lengkap. Ruang belajar mengajar pun seadanya. Bagaimana mau berkualitas kalau guru, buku, dan fasilitas pendukungnya minim," kata Anggota DPRD Kalbar Suprianto, belum lama ini.

Dia menemukan kekurangan ini setelah mengunjungi sejumlah desa di Kabupaten Landak. Salah satunya, Desa Angan Tembawang, Kecamatan Ngabang. Sekolah satu atap yang dibangun pemerintah masih perlu penambahan lokal. "Tenaga guru juga masih kurang. Yang ada merangkap menjadi guru sekolah dasar. Padahal untuk tingkat SMP, gurunya mesti berpendidikan sarjana," katanya.

Ketua DPW PDS Kalbar ini mendesak Pemerintah Kabupaten Landak segera menambah sarana sekolah di daerah tersebut. Apalagi, jumlah siswa yang belajar semakin meningkat. "Saya kira, pemerintah dan DPRD di Landak harus memperhatikan hal ini," katanya.

Tak hanya itu, Suprianto juga mengharapkan, masyarakat di Desa Angan Tembawang turut menjaga aset yang telah dibangun pemerintah. Sebab, aset itu untuk kemajuan sumber daya manusia di daerah tersebut. "Hendaknya tidak disia-siakan. Pemerintah membangun, masyarakat haruslah menjaganya," katanya.

Ketua Fraksi Pemberdayaan Daerah DPRD Kalbar itu mengungkapkan, maju mundurnya dunia pendidikan menjadi tanggungjawab pemerintah dan masyarakat. Kedua komponen haruslah bekerja secara bersama-sama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. (mnk)

< KUALITAS lulusan sebuah sekolah tak terlepas dari kelengkapan sarana dan prasarananya. Tak mengherankan, jika sekolah-sekolah yang memiliki fasilitas lengkap dan canggih mengeluarkan jebolan yang juga berkualitas. Namun, kondisi ini sangat berbeda dengan daerah pedalaman.

"Masih banyak sekolah yang tidak memiliki fasilitas lengkap. Ruang belajar mengajar pun seadanya. Bagaimana mau berkualitas kalau guru, buku, dan fasilitas pendukungnya minim," kata Anggota DPRD Kalbar Suprianto, belum lama ini.

Dia menemukan kekurangan ini setelah mengunjungi sejumlah desa di Kabupaten Landak. Salah satunya, Desa Angan Tembawang, Kecamatan Ngabang. Sekolah satu atap yang dibangun pemerintah masih perlu penambahan lokal. "Tenaga guru juga masih kurang. Yang ada merangkap menjadi guru sekolah dasar. Padahal untuk tingkat SMP, gurunya mesti berpendidikan sarjana," katanya.

Ketua DPW PDS Kalbar ini mendesak Pemerintah Kabupaten Landak segera menambah sarana sekolah di daerah tersebut. Apalagi, jumlah siswa yang belajar semakin meningkat. "Saya kira, pemerintah dan DPRD di Landak harus memperhatikan hal ini," katanya.

Tak hanya itu, Suprianto juga mengharapkan, masyarakat di Desa Angan Tembawang turut menjaga aset yang telah dibangun pemerintah. Sebab, aset itu untuk kemajuan sumber daya manusia di daerah tersebut. "Hendaknya tidak disia-siakan. Pemerintah membangun, masyarakat haruslah menjaganya," katanya.

Ketua Fraksi Pemberdayaan Daerah DPRD Kalbar itu mengungkapkan, maju mundurnya dunia pendidikan menjadi tanggungjawab pemerintah dan masyarakat. Kedua komponen haruslah bekerja secara bersama-sama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. (mnk)

PENGUMUMAN LELANG (SUBDIT SARANA PENDIDIKAN)

PENGUMUMAN LELANG (SUBDIT SARANA PENDIDIKAN)

Ditulis oleh admin

PENGUMUMAN
NOMOR : PSSK/SEK/PJK/160604-01

Bagian Proyek Peningkatan Sarana Sekolah Kejuruan pada Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas RI pada tahun anggaran 2004, akan mengadakan Jasa Konsultansi Pendidikan Studi Pengembangan SMK.

Berkenaan dengan hal tersebut, dengan ini kami mengundang Penyedia Jasa Konsultansi untuk mengikuti Prakualifikasi dengan persyaratan sebagai berikut :

1. Memiliki Sertifikasi Badan Usaha Bidang Konsultansi non Konstruksi
2. Selama 4 (empat) tahun terakhir pernah memiliki pengalaman menye-diakan jasa konsultansi termasuk pengalaman subkontrak, kecuali penyedia jasa konsultasi yang baru berdiri kurang dari 2 (dua) tahun
3. Memiliki Tenaga Ahli/Teknis yang diperlukan yang berpengalaman di bidang pengembangan pendidikan
4. Telah melunasi kewajiban pajak tahun 2003
5. Persyaratan lain yang tercantum dalam dokumen prakualifikasi

Bagi yang berminat dapat mendaftar dan mengambil formulir Penilaian Kualifikasi pada :
a. Hari/tanggal : Rabu 16 Juni s.d Senin 28 Juni 2004
b. Waktu : Pukul 10.00 s/d 14.00 WIB
c. Tempat : Bagian Proyek Peningkatan Sarana Sekolah Kejuruan
(PSSK), Dit. Dikmenjur, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas Gedung E Lantai 12, Jalan Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat Telp. 021 ? 5725473.

Keterangan lebih lanjut dapat diperoleh dikantor Bagian Proyek Peningkatan Sarana Sekolah Kejuruan (PSSK) Jakarta

Jakarta, 16 Juni 2004

Panitia

Sarana Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan

Sarana Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan
[Agama dan Pendidikan]

Sarana Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan

Jakarta, Pelita
Sarana dan prasarana sekolah turut andil di dalam meningkatkan mutu pendidikan di sebuah sekolah. Namun pada kenyataannya masih banyak sekolah yang tidak memiliki sarana dan prasarana yang lengkap.
Seperti masih adanya sekolah yang tidak miliki laboratorium. Padahal laboratorium adalah salah satu sarana prasarana yang cukup penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan terutama setingkat SMA.
Kualitas pendidikan tidak sekedar bergantung pada guru, tetapi juga sarana dan prasarana pendidikan yang memadai utamanya laboratoium dimana siswa bisa berpraktik, ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Sarana Pendidikan Indonesia (APSPI) Iskandar Zulkarnain di Jakarta, Rabu (22/8).
Lebih lanjut Iskandar Zulkarnain banyaknya sekolah yang tidak memiliki sarana yang lengkap dikarenakan banyak faktor, diantaranya mahalnya alat sarana dan prasarana. Terlebih untuk harga peralatan laboratorium merupakan faktor yang paling banyak dikeluhkan pihak sekolah.
Apalagi kalau SMA itu milik swasta, boleh dikatakan sangat jarang yang memiliki laboratorium. Kalaupun ada sifatnya hanya seadanya atau asal ada saja. Padahal peralatan laboratorium sudah menjadi suatu keharusan bagi siswa SMA untuk memperdalam ilmunya.
Karena itu APSPI lanjut Iskandar akan mengambil peran aktif untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui penyediaan alat peraga pendidikan ini. APSPI beranggotakan pengusaha sarana pendidikan yang meliputi pengusaha alat peraga pendidikan, multimedia pendidikan serta pengusaha laboratorium bahasa dan komputer.
Dalam kegiatannya nanti, APSPI berusaha menjembatani antara kepentingan sekolah, pemerintah dan pengusaha alat pendidikan.Jadi peralatan apa yang dibutuhkan sekolah, kami akan coba bantu untuk memenuhinya,kata Iskandar.
Sedangkan tujuan dari APSPI itu sendiri yaitu mewujudkan cita-cita bangsa dan negara secara aktif dalam nasional guna mencapai masyarakat yang adil dan makmur berlandaskan Undang-undang Dasar 1945.
Kemudian menghimpun, membina dan mengembangkan para anggotanya untuk dapat lebih berperan serta di dalam meningkatkan pembangunan perekonomian sosial. Selain itu melindungi kepentingan anggota dan mencegah timbulnya persaingan usaha yang tidak sehat dalam dunia usaha sarana pendidikan. (mth)

7 Sarana Sekolah Tinggi Transportasi diresmikan

7 Sarana Sekolah Tinggi Transportasi diresmikan
30-04-2009
TANGERANG (Bisnis.com): Menhub Jusman Syafii Djamal meresmikan 7 sarana pembentukan sikap & mental di Sekolah Tinggi Transportasi� Departemen Perhubungan.

"Dengan ini saya meresmikan secara simbolis 7 sarana pembentukan sikap & mental untuk taruna transportasi," katanya di Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia Curug Tangerang, hari ini.

Menhub menjelaskan 7 sarana itu berupa fasilitas outbound training dan panjat tebing yang telah mendapatkan sertifikasi dari Federasi Panjat Tebing Indonesia.

Untuk setiap sarana ditempatkan empat orang instruktur khusus guna membentuk sikap dan mental taruna di sekolah transportasi.

Ketujuh sekolah di Dephub yang memperoleh sarana outbound itu antara lain STPI Curug dan Sekolah Tinggi Tranportasi Darat Cibitung Bekasi.

"Peralatan itu untuk mendidik taruna mempunyai mental dan attitude yang baik," ungkap Jusman.

Kepala Badan Diklat Perhubungan Dedi Darmawan menjelaskan ketujuh sarana itu merupakan alat bantu yang efektif bagi pembentukan sikap & mental taruna.

"Sarana itu juga telah diuji keefektifan dan keselamatannya," ujar Dedi.

Dalam peresmian itu ditampilkan prosesi seluncur tujuh taruna wanita dari ketinggian hampir 50 meter. (l

Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran Menyenangkan

Tanggal 6. HAM IKOHI (Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia) membawakan semacam sesi yang memberikan pendidikan HAM untuk SMA Santa Ursula. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan pemutaran film (judulnya “Batas Pangung”) dan diskusi. Menurutku, acara ini akan menjadi sedemikian menariknya jika sound system yang sanggup disediakan sekolah lebih baik adanya. Untung aku sudah pernah mendapatkan bahan yang diajarkan *bahkan buku saku yang dibagikan pun seingatku aku sudah punya dua di rumah*, jadi tidak merasa kelewatan suatu pembelajaran sosial. Terang saja, IKOHI sering kali bekerja sama dengan KontraS *film yang diputarkan pun buatan KontraS kog*

Tanggal 7. Pelatihan Jurnalistik On Line
“Siapa yang suka nulis di sini?”
SELADA : “Mai!!!” *aku tidak mengaku*
“Siapa yang punya blog?”
SELADA : “Mai!!!” *aku mengaku tentu saja*
“Siapa yang mau jadi penulis?”
SELADA : “Mai!!!” *aku tidak mengaku*

“Uda baca koran pagi ini?”
SELADA : “Belom!!!”
“Uda liat TV?”
SELADA : “Belom!!!”
“Uda denger radio?”
SELADA : “Belom!!!”

Ella, “Kesimpulannya, kita cuma belajar ngomong ‘Mai’ sama ‘belom’ hari ini”
-.-“

Intinya, kami diajarkan bagaimana cara menjadi penulis di situs online “wikimu”. Selebihnya yah hal-hal dasar jurnalistik, seperti beda berita dan opini, penulisan judul, dll. CC juga mendapatkan pelatihan semacam ini, tapi nampaknya kelas X. Kelas XI mereka ke Trans TV dan Media Indonesia (menyenangkan sekali!). Katanya, yang ngasih penjelasan di Media Indo namanya “Agust Wahyu”. Sedang banyak sekali kebetulan terjadi akhir-akhir ini.

Tanggal 9 dan 10. Class meeting Yang dilombakan : bola tangan *yang dalam prakteknya berubah menjadi bola badan karena semua pesertanya sampe guling-gulingan bahkan cakar-cakaran untuk mempertahankan memegang bola*, softball *banyak sekali bola jelek (=ball) di sini*, bulu tangkis, lip sing, dan supporter. SELADA juara 2 di bola tangan, soft ball, dan lip sing serta juara 3 di bulu tangkis. Jika ada pengharagaan untuk juara umum, kuyakin kelasku pasti juara. He3. Seru juga kog class meetingnya.

Tanggal 11. Evaluasi Semuuuaaaa dievaluasi. Mulai dari PDK, Live In, Pasir Mukti, kegiatan Sabtu (inkul dan Humaniora), sampai tatib. Pak Robert sukses menjawab semua hal yang dievaluasi kelas X tanpa mendapat respon balsana APAPUN sedangkan konfirmasi Pak Eko membuat kelas XI tak bisa tinggal diam dan kadang jadi heboh sendiri. Mungkin lebih baik Pak Agust yang menjawabnya. Ketika ia menjelaskan di kelas kami, kami dapat menerimanya dengan baik. Hal yang terjadi di aula adalah seakan-akan kami ditempatkan di tempat orang tukang protes yang selalu saja salah. Evaluasi tatib yang paling panjang, heboh, dan menyenangkan. Terjadi seperti debat terbuka rasanya. Menyedihkannya adalah guru yang dimaksud (dengan segala macam sindiran dan penggambaran situasi) oleh murid justru ga ngerasa. Guru yang ga dimaksud malah ngerasa sampai-sampai memberikan konfirmasi. Buset dah! Ck3. Aku sendiri mencoba menyampaikan banyak harapan orang yang menginginkan penyamaan guru pengajar untuk suatu mata pelajaran secara parallel. Contohnya : yang ngajar BI untuk kelas XI IPA satu orang aja, Bu Merak aja misalnya. Jangan kayak tahun ini. A1 Bu Win, A2 Bu Merak, A3 Pak Eko. Lebih enak lagi kalau “guru ikut murid naik kelas”. Maksudnyam kalau Bu MErak ngajara parallel di kelas X, ketika angkatan yang keals X ini naik kelas XI, Bu Merak ngajar lagi angkatan ini. Soalnya kejadian seperti ini. Waktu aku kelas X, kelas X1 dan X2 diajar Bu Merak, X3 diajar Pak Eko, X6 Bu Win, lainnya tidak tahu. Di A2, tentu saja ada yang berasal dari X1 sampai X6. Tapi, karena diajar Bu Merak, yang nyambung yah cuma kelas X1, X2. Makanya begitu dibilang bahan ulum termasuk catatan kaki *salah satu contoh*, yang kelas lain berkata, “BELOM DIAJARIN SAMA SEKALI, BU!”

Pelajaran yang harus diingat : Jangan menyoraki orang yang sedang bicara. Ga selesai-selesai nanti ngomongnya. Apalagi menyoraki sebelum dia sebenarnya belum menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan. *baru berdiri ga usah dihebohin! Tiff bahkan juga memimpin provokasi hal itu dengan anak buahnya yaitu : Megi, Denise, Michelle, dan Rose*

pembelajaran kreatif dan menyenangkan

pembelajaran kreatif dan menyenangkan
Bagaimana Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan ?

Oleh: Rr. Martiningsih, M.Pd.
Guru Lembaga Pendidikan Al Muslim

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan diperlukan berbagai ketrampilan, diantaranya adalah ketrampilan membelajarkan atau ketrampilan mengajar. Ketrampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Ada 8 ketrampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu:
(1) Ketrampilan bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuyk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan menentukan kualitas jawaban peserta didik.
(2) Penguatan merupakan respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan bertujuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar, meningkatkan kegiatan belajar, dan membina perilaku yang produktif.
(3) Mengadakan variasi merupakan ketrampilan yang harus dikuasai guru yang bertujuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar yang relevan, memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran, memupuk perilaku positif peserta didik dalam pembelajaran, serta memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya. Variasi dapat dilakukan pada gaya mengajar, penggunaan media dan sumber belajar, pola interaksi, dan variasi dalam kegiatan pembelajaran.
(4) Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta, dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah, maupun di akhir pembelajaran. Penjelasan harus bermakna dan menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi standar dan kompetensi dasar. Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta didik dan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta didik.
(5) Membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk memulai dan mengakhiri pelajaran. Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara profesional akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran diataranya adalah membangkitkan motivasi belajar, siswa memiliki kejelasan mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan, siswa memperoleh gambaran yang jelas mengenai pembelajaran yang akan berlangsung, siswa memahami hubungan antara pengalaman belajar yang telah dimiliki sebelumnya dengan hal-hal baru yang akan dipelajari, siswa dapat menghubungkan konsep-konsep atau genelalisasi dalam suatu peristiwa pembelajaran. Pada akhirnya siswa mengetahui tingkat keberhasilannya terhadap materi yang dipelajari dan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan atau efektifitas kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
(6) Membimbing diskusi kelompok kecil yang bermanfaat agar siswa dapat berbagi informasi dan pengalaman dalam pemecahan suatu masalah, meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting dalam pembelajaran, meningkatkan ketrampilan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi, membina kerjasama yang sehat dalam kelompok yang kohesif dan bertanggung jawab.
(7) Mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah kehangatan dan keantusiasan, tantangan, variasi, fleksibel, penekanan pada hal-hal positif, dan penanaman disiplin diri. Komponen keterampilan mengelola kelas adalah penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal, keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal, pengelolaan kelompok dengan cara peningkatan kerjasama dan keterlibatan siswa dan menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul, serta menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah.
(8) Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik. Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir peserta didik, agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik.
Penguasaan terhadap semua ketrampilan mengajar di atas harus utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan latihan yang sistematis, misalnya melalui pembelajaran mikro.

PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN LEWAT QUANTUM TEACHING

PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN LEWAT QUANTUM TEACHING Apr 2, '08 10:40 PM
for everyone





Sekolah pada dasarnya bukan untuk mencari skor tetapi sekolah itu belajar untuk kehidupan, bahkan hidup itu sendiri. Kata sekolah berasal dari bahasa Yunani kata skhole, scolae, atau schola yang berarti waktu luang atau waktu senggang. Pada waktu senggang tersebut dulu para orang tua di Yunani menitipkan putra-putrinya kepada orang yang dianggap pintar agar memperoleh pengetahuan dan pendidikan tentang filsafat, alam dan sejenis itu lainnya. Sekolah pada waktu itu adalah suatu kegiatan belajar yang menyenangkan dan mengasyikkan karena mereka dapat memperoleh berbagai hal yang ingin mereka ketahui



Bila kita menengok kondisi saat ini, sekolah masih dianggap suatu aktifitas yang mengasyikkan justru di luar jam pelajaran, tetapi bila di dalam kelas mereka merasa terbebani. Hal ini tampak dari sorak sorai siswa bila mereka mendengar pengumuman pulang pagi ada rapat guru. Wajah mereka berseri-seri seakan terbebas dari belenggu yang menjerat lehernya. Sementara didalam sistem pendidikan Indonesia guru itu adalah sentral. Bisa kita bayangkan konsekuensi bagi guru apabila kondisi pembelajaran tetap seperti ini.



Seiring perkembangan jaman, dunia pendidikan juga memerlukan berbagai inovasi. Hal ini penting dilakukan untuk kemajuan kualitas pendidikan, tidak hanya pada tataran teori tapi sudah bisa diarahkan kepada hal yang bersifat fraksis. Diakui atau tidak walau belum ada penelitian khusus tentang pembelajaran, banyak yang merasa sistem pendidikan terutama proses belajar mengajar sangat membosankan.



Dalam setiap situasi selalu ada jalan keluar untuk sebuah solusi Mungkin belajar yang menyenagkan dari Bobbi de Porter (penulis buku best seller Quantum Learning dan Quantum Teaching) bisa dijadikan rujukan. Metode belajar ini diadopsi dari beberapa teori. Antara lain sugesti, teori otak kanan dan kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) dan pendidikan holistik.



Konsep itu sukses diterapkan di Super Camp, lembaga kursus yang dibangun de Porter. Dilakukan sebuah penelitian untuk disertasi doktroral pada 1991, yang melibatkan sekitar 6.042 responden. Dari penelitian itu, Super Camp berhasil mendongkrak potensi psikis siswa. Antara lain peningkatan motivasi 80 persen, nilai belajar 73 persen, dan memperbesar keyakinan diri 81 persen.



Persamaan Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep Fisika Quantum yaitu:

E = mc2

E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)

M = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)

c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)

Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar pada siswa.



Bobbi Deporter, menamai Kerangka Belajar dan Mengajar Interaktif lewat Quantum Teaching/Learning dengan: TANDUR, akronim dari:

TUMBUHKAN

Tumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan rasa ingin tahu siswa dalam bentuk: Apakah Manfaatnya BAgiKu (AMBAK)

Tumbuhkan suasana yang menyenangkan di hati siswa, dalam suasana relaks, tumbuhkan interaksi dengan siswa, masuklah ke alam pikiran mereka dan bawalah alam pikiran mereka ke alam pikiran Anda, yakinkan siswa mengapa harus mempelajari ini dan itu, belajar adalah suatu kebutuhan siswa, bukan suatu keharusan.

ALAMI

Unsur alami akan mendorong hasrat alami otak untuk “menjelajah”. Cara

apa yang terbaik agar siswa memahami informasi? Kegiatan apa yang dapat diberikan agar pengetahuan dan ketrampilan yang sudah dimiliki siswa, misalnya, percobaan berjudul membuat es puter tanpa freezer. Dari judul percobaan itu, siswa akan penasaran karena lebih tampak seperti pelajaran memasak dibandingkan pelajaran fisika. Percobaan itu bertujuan menjelaskan konsep titik lebur es pada materi suhu dan kalor. Alat dan bahannya mudah didapatkan. Misalnya, kaleng besar bekas biskuit, baskom, es batu, garam dapur, dan bahan es puter (gula, susu, santan, serta essen perasa).

Dengan petunjuk kerja dan daftar pertanyaan yang telah disiapkan untuk membimbing, para siswa menemukan dan membuktikan konsep mengenai titik lebur es. Mereka akhirnya akan berpikir untuk membekukan es puter tersebut tanpa menggunakan freezer. Untuk membekukan es puter, diperlukan air bersuhu di bawah 0 derajat celsius yang diperoleh dari es batu yang diberi garam. Artinya, siswa akan paham, dengan adanya pemberian garam (untuk membekuka es puter), titik lebur es akan berubah dari 0 derajat menjadi di bawah 0 derajat. Mereka jadi paham titik lebur es dipengaruhi oleh kemurnian zat.

NAMAI

Setelah siswa melalui pengalaman belajar pada kompetensi dasar tertentu, mereka kita ajak untuk menulis di kertas, menamai apa saja yang telah mereka peroleh, apakah itu informasi, rumus, pemikiran,tempat dan sebagainya, ajak mereka untuk menempelkan

nama-nama tersebut di dinding kelas dan dinding kamar tidurnya.

DEMONSTRASI

Setelah siswa mengalami belajar akan sesuatu, beri kesempatan kepada mereka untuk mendemonstrasikan kemampuannya , karena siswa akan mampu mengingat 90% jika siswa itu mendengar, melihat dan melakukannya. Melalui pengalaman belajar siswa akan mengerti dan mengetahui bahwa dia memiliki kemampuan dan informasi yang cukup.

ULANGI

Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “Aku tahu bahwa aku tahu ini!” Pengulangan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan konsep multi kecerdasan .

RAYAKAN

Perayaan adalah ekspresi dari kelompok seseorang yang telah berhasil mengerjakan sesuatu tugas atau kewajiban dengan baik. Seperti muslim setelah menunaikan ibadah puasa selama satu bulan penuh, mereka merayakan hari kemenangan dengan Iedul Fitri. Maka sudah selayaknya jika siswa sudah mengerjakan tugas dan kewajibannya dengan baik untuk dirayakan lewat: bertepuk tangan atau bernyanyi bersama-sama.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM)

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAKEM)
Eko Srihartanto. Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) (Studi Kasus pada Sekolah Dasar Negeri I Wonogiri). Tesis. Program Studi Teknologi Pendidikan. Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember. 2007.


Penelitian ini bertujuan untuk memotret Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM). Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) ditinjau dari : a) Bagaimana peran guru dan siswanya, b) Bagaimana kurikulumnya, c) Bagaimana strategi pembelajarannya, d) Bagaimana media pembelajarannya, e) Bagaimana cara evaluasinya; Hasil yang dicapai pada Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di SD Negeri I Wonogiri dan Kendala yang dihadapi dalam Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di SD Negeri I Wonogiri.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif naturalistic. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, analisis datanya bersifat induktif, hasil penelitiannya lebih menekankan makna daripada generalisasi. Data dikumpulkan dari populasi yang ada di SD Negeri I Wonogiri seperti kepala sekolah, guru dan siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan sampel seperti Kepala Sekolah, 5 orang guru dan 2 siswa kelas atas. Adapun teknik pengambilan sampel dipergunakan teknik sampling bertujuan (purposive sampling technique). Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu : 1) teknik observasi, 2) wawancara mendalam (in depth interviewing), 3) analisis dokumen.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : 1) peran guru sangat sedikit sebagai fasilitator dan moderator, peran siswa aktif bertanya, mengemukakan gagasan, merancang (membuat sesuatu), 2) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang digunakan di sekolah memberikan kemudahan, keleluasaan maupun kebebasan dalam melaksanakan PAKEM dalam pembelajaran, 3) strategi pembelajarannya terdiri dari : a) kegiatan pra instruksional, b) kegiatan instruksional, c) penilaian dan tindak lanjut, 4) media pembelajaran yang digunakan adalah media sekolah dan lingkungan siswa, 5) evaluasi yang dilaksanakan adalah penilaian proses, ulangan harian, mid semester, semester dan ujian sekolah, 6) pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan dilaksanakan oleh guru kelas masing-masing.
Hasil yang dicapai pada Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di SD Negeri I Wonogiri yaitu bahwa proses pembelajaran yang menggunakan PAKEM ternyata dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga prestasi siswa selalu meningkat baik ujian, pencapaian kejuaraan baik akademik maupun non akademik. Kendala yang dihadapi dalam Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di SD Negeri I Wonogiri antara lain : 1) hambatan pengelolaan, b) hambatan kesiapan guru, c) hambatan pemanfaatan media, d) hambatan waktu, e) hambatan lingkungan.
Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) perlu dikembangkan dan ditindak lanjuti di sekolah-sekolah dasar baik melalui penataran atau pelatihan-pelatihan. Dan hendaknya dalam melaksanakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dilaksanakan oleh seluruh guru baik guru kelas maupun guru mata pelajaran.

PEMBELAJARAN KUANTUM SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN

PEMBELAJARAN KUANTUM SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN

{ September 11, 2007 @ 2:45 pm } · { Blogroll }

PEMBELAJARAN KUANTUM SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN

Oleh Djoko Saryono

Hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran berbagai bidang studi terbukti selalu kurang memuaskan berbagai pihak (yang berkepentingan – stakeholder). Hal tersebut setidak-tidaknya disebabkan oleh tiga hal. Pertama, perkembangan kebutuhan dan aktivitas berbagai bidang kehidupan selalu meninggalkan proses/hasil kerja lembaga pendidikan atau melaju lebih dahulu daripada proses pengajaran dan pembelajaran sehingga hasil-hasil pengajaran dan pembelajaran tidak cocok/pas dengan kenyataan kehidupan yang diarungi oleh siswa. Kedua, pandangan-pandangan dan temuan-temuan kajian (yang baru) dari berbagai bidang tentang pembelajaran dan pengajaran membuat paradigma, falsafah, dan metodologi pembelajaran yang ada sekarang tidak memadai atau tidak cocok lagi. Ketiga, berbagai permasalahan dan kenyataan negatif tentang hasil pengajaran dan pembelajaran menuntut diupayakannya pembaharuan paradigma, falsafah, dan metodologi pengajaran dan pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan mutu dan hasil pembelajaran dapat makin baik dan meningkat.
Untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran – di samping juga menyelaraskan dan menyerasikan proses pembelajaran dengan pandangan-pandangan dan temuan-temuan baru di pelbagai bidang – falsafah dan metodologi pembelajaran senantiasa dimutakhirkan, diperbaharui, dan dikembangkan oleh berbagai kalangan khususnya kalangan pendidikan-pengajaran-pembelajaran. Oleh karena itu, falsafah dan metodologi pembelajaran silih berganti dipertimbangkan, digunakan atau diterapkan dalam proses pembelajaran dan pengajaran. Lebih-lebih dalam dunia yang lepas kendali atau berlari tunggang-langgang (runway world – istilah Anthony Giddens) sekarang, falsafah dan metodologi pembelajaran sangat cepat berubah dan berganti, bahkan bermunculan secara serempak; satu falsafah dan metodologi pembelajaran dengan cepat dirasakan usang dan ditinggalkan, kemudian diganti (dengan cepat pula) dengan dan dimunculkan satu falsafah dan metodologi pembelajaran yang lain, malahan sering diumumkan atau dipopulerkan secara serentak beberapa falsafah dan metodologi pembelajaran.
Tidak mengherankan, dalam beberapa tahun terakhir ini di Indonesia telah berkelebatan (muncul, populer, surut, tenggelam) berbagai falsafah dan metodologi pembelajaran yang dipandang baru-mutakhir meskipun akar-akar atau sumber-sumber pandangannya sebenarnya sudah ada sebelumnya, malah jauh sebelumnya. Beberapa di antaranya (yang banyak dibicarakan, didiskusikan, dan dicobakan oleh pelbagai kalangan pembelajaran dan sekolah) dapat dikemukakan di sini, yaitu pembelajaran konstruktivis, pembelajaran kooperatif, pembelajaran terpadu, pembelajaran aktif, pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning, CTL), pembelajaran berbasis projek (project based learning), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran interaksi dinamis, dan pembelajaran kuantum (quantum learning). Dibandingkan dengan falsafah dan metodologi pembelajaran lainnya, falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum yang disebut terakhir tampak relatif lebih populer dan lebih banyak disambut gembira oleh pelbagai kalangan di Indonesia berkat penerbitan beberapa buku mengenai hal tersebut oleh Penerbit KAIFA Bandung [Quantum Learning, Quantum Business, dan Quantum Teaching] – di samping berkat upaya popularisasi yang dilakukan oleh perbagai pihak melalui seminar, pelatihan, dan penerapan tentangnya. Walaupun demikian, masih banyak pihak yang mengenali pembelajaran kuantum secara terbatas – terutama terbatas pada bangun (konstruks) utamanya. Segi-segi kesejarahan, akar pandangan, dan keterbatasannya belum banyak dibahas orang. Ini berakibat belum dikenalinya pembelajaran kuantum secara utuh dan lengkap.
Sejalan dengan itu, tulisan ini mencoba memaparkan ihwal pembelajaran kuantum secara relatih utuh dan lengkap agar kita dapat mengenalinya lebih baik dan mampu menempatkannya secara proporsional di antara pelbagai falsafah dan metodologi pembelajaran lainnya – yang sekarang juga berkembang dan populer di Indonesia. Secara berturut-turut, tulisan ini memaparkan (1) latar belakang atau sejarah kemunculan pembelajaran kuantum, (2) akar-akar atau dasar-dasar teoretis dan empiris yang membentuk bangun pembelajaran kuantum, dan (3) pandangan-pandangan pokok yang membentuk karakteristik pembelajaran kuantum dan (4) kemungkinan penerapan pembelajaran kuantum dalam berbagai bidang terutama bidang pengajaran sekolah. Paparan ini lebih merupakan rekonstruksi pembelajaran kuantum yang didasarkan atas pemahaman dan persepsi penulis sendiri daripada resume atau rangkuman atas pikiran-pikiran pencetusnya.

LATAR BELAKANG KEMUNCULAN
Tokoh utama di balik pembelajaran kuantum adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah perintis, pencetus, dan pengembang utama pembelajaran kuantum. Semenjak tahun 1982 DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran kuantum di SuperCamp, sebuah lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian California, Amerika Serikat. SuperCamp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna pengembanga potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran kuantum kepada para remaja di SuperCamp selama tahun-tahun awal dasawarsa 1980-an. “Metode ini dibangun berdasarkan pengalaman dan penelitian terhadap 25 ribu siswa dan sinergi pendapat ratusan guru di SuperCamp”, jelas DePorter dalam Quantum Teaching (2001: 4). “Di SuperCamp inilah prinsip-prinsip dan metode-metode Quantum Learning menemukan bentuknya”, ungkapnya dalam buku Quantum Learning (1999:3).
Pada tahap awal perkembangannya, pembelajaran kuantum terutama dimaksudkan untuk membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para remaja di rumah atau ruang-ruang rumah; tidak dimaksudkan sebagai metode dan strategi pembelajaran untuk mencapai keberhasilan lebih tinggi di sekolah atau ruang-ruang kelas. Lambat laun, orang tua para remaja juga meminta kepada DePorter untuk mengadakan program program pembelajaran kuantum bagi mereka. “Mereka telah melihat hal yang telah dilakukan Quantum Learning pada anak-anak mereka, dan mereka ingin belajar untuk menerapkan teknik dan prinsip yang sama dalam hidup dan karier mereka sendiri – perusahaan komputer, kantor pengacara, dan tentu agen-agen realestat mereka. Demikian lingkaran ini terus bergulir”, papar DePorter dalam Quantum Business (2001:27). Demikianlah, metode pembelajaran kuantum merambah berbagai tempat dan bidang kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting), lingkungan bisnis, lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas (sekolah). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran kuantum merupakan falsafah dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.
Falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum yang telah dikembangkan, dimatangkan, dan diujicobakan tersebut selanjutnya dirumuskan, dikemukakan, dan dituliskan secara utuh dan lengkap dalam buku Quantum Learning: Unleashing The Genius in You. Buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1992 oleh Dell Publishing New York. Pada tahun 1999 muncul terjemahannya dalam bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Penerbit KAIFA Bandung dengan judul Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan). Buku yang ditulis oleh DePorter bersama Mike Hernacki – mitra kerja DePorter yang mantan guru dan pengacara – tersebut memaparkan pandangan-pandangan umum dan prinsip-prinsip dasar yang membentuk bangun pembelajaran kuantum. Pandangan-pandangan umum dan prinsip-prinsip dasar yang termuat dalam buku Quantum Learning selanjutnya diterapkan, dipraktikkan, dan atau diimplementasikan dalam lingkungan bisnis dan kelas (sekolah). Penerapan, pemraktikan, dan atau pengimplementasian pembelajaran kuantum di lingkungan bisnis termuat dalam buku Quantum Business: Achieving Success Through Quantum Learning yang terbit pertama kali pada tahun 1997 dan diterbitkan oleh Dell Publishing, New York. Buku yang ditulis oleh DePorter bersama Mike Hernacki ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Basyrah Nasution dan diterbitkan oleh Penerbit KAIFA Bandung pada tahun 1999 dengan judul Quantum Business: Membiasakan Berbisnis secara Etis dan Sehat. Sementara itu, penerapan, pemraktikkan, dan pengimplementasian pembelajaran kuantum di lingkungan sekolah (pengajaran) termuat dalam buku Quantum Teaching: Orchestrating Student Success yang terbit pertama kali tahun 1999 dan diterbitkan oleh Penerbit Allyn and Bacon, Boston. Buku yang ditulis oleh DePorter bersama Mark Reardon dan Sarah Singer-Nourie ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Ary Nilandari dan diterbitkan oleh Penerbit KAIFA Bandung pada tahun 2000 dengan judul Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas.
Dapat dikatakan bahwa ketiga buku tersebut laris (best-seller) di pasar. Lebih-lebih terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Terjemahan bahasa Indonesia buku Quantum Learning dalam tempo tiga tahun sudah cetak ulang tiga belas kali; buku Quantum Business sudah cetak ulang lima kali dalam tempo dua tahun; dan buku Quantum Teaching sudah cetak ulang tiga kali dalam tempo satu tahun. Hal tersebut sekaligus memperlihatkan betapa populer dan menariknya falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum di Indonesia dan bagi komunitas masyarakat Indonesia. Popularitas dan kemenarikan pembelajaran kuantum makin tampak kuat-tinggi ketika frekuensi penyelenggaraan seminar-seminar, pelatihan-pelatihan, dan pengujicobaan pembelajaran kuantum di Indonesia makin tinggi.

AKAR-AKAR LANDASAN
Meskipun dinamakan pembelajaran kuantum, falsafah dan metodologi pembelajaran kuantum tidaklah diturunkan atau ditransformasikan secara langsung dari fisika kuantum yang sekarang sedang berkembang pesat. Tidak pula ditransformasikan dari prinsip-prinsip dan pandangan-pandangan utama fisika kuantum yang dikemukakan oleh Albert Einstein, seorang tokoh terdepan fisika kuantum. Jika ditelaah atau dibandingkan secara cermat, istilah kuantum [quantum] yang melekat pada istilah pembelajaran [learning] ternyata tampak berbeda dengan konsep kuantum dalam fisika kuantum. Walaupun demikian, serba sedikit tampak juga kemiripannya. Kemiripannya terutama terlihat dalam konsep kuantum. Dalam fisika kuantum, istilah kuantum memang diberi konsep perubahan energi menjadi cahaya selain diyakini adanya ketakteraturan dan indeterminisme alam semesta. Sementara itu, dalam pandangan DePorter, istilah kuantum bermakna “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya” dan istilah pembelajaran kuantum bermakna “interaksi-teraksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua kehidupan adalah energi”. Di samping itu, dalam pembelajaran kuantum diyakini juga adanya keberagaman dan intedeterminisme. Konsep dan keyakinan ini lebih merupakan analogi rumus Teori Relativitas Einstein, bukan transformasi rumus Teori Relativitas Einstein. Hal ini makin tampak bila disimak pernyataan DePorter bahwa “Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Mungkin Anda sudah pernah melihat persamaan ini ditulis sebagai E=mc2. Tubuh kita secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya” (1999:16). Jelaslah di sini bahwa prinsip-prinsip pembelajaran kuantum bukan penurunan, adaptasi, modifikasi atau transformasi prinsip-prinsip fisika kuantum, melainkan hanya sebuah analogi prinsip relativitas Einstein, bahkan analogi term/konsep saja. Jadi, akar landasan pembelajaran kuantum bukan fisika kuantum.
Pembelajaran kuantum sesungguhnya merupakan ramuan atau rakitan dari berbagai teori atau pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi/neurolinguistik yang jauh sebelumnya sudah ada. Di samping itu, ditambah dengan pandangan-pandangan pribadi dan temuan-temuan empiris yang diperoleh DePorter ketika mengembangkan konstruk awal pembelajaran kuantum. Hal ini diakui sendiri oleh DePorter. Dalam Quantum Learning (1999:16) dia mengatakan sebagai berikut.

Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepartan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode kami sendiri. Termasuk di antaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:
• Teori otak kanan/kiri
• Teori otak triune (3 in 1)
• Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik)
• Teori kecerdasan ganda
• Pendidikan holistik (menyeluruh)
• Belajar berdasarkan pengalaman
• Belajar dengan simbol
• Simulasi/permainan

Sementara itu, dalam Quantum Teaching (2000:4) dikatakannya sebagai berikut.

Quantum Teaching adalah badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan, penyajian, dan fasilitasi SuperCamp. Diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intelegences (Gardner), Neuro-Linguistic Programming (Grinder dan Bandler), Experiential Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson dan Johnson), dan Element of Effective Instruction (Hunter).

Dua kutipan tersebut dengan gamblang menunjukkan bahwa ada bermacam-macam akar pandangan dan pikiran yang menjadi landasan pembelajaran kuantum. Pelbagai akar pandangan dan pikiran itu diramu, bahkan disatukan dalam sebuah model teoretis yang padu dan utuh hingga tidak tampak lagi asalnya – pada gilirannya model teoretis tersebut diujicobakan secara sistemis sampai ditemukan bukti-bukti empirisnya.
Di antara berbagai akar pandangan dan pikiran yang menjadi landasan pembelajaran kuantum yang dikemukakan oleh DePorter di atas, tidak dapat dipungkiri bahwa pandangan-pandangan teori sugestologi atau pembelajaran akseleratif Lozanov, teori kecerdasan ganda Gardner, teori pemrograman neurolinguistik (NLP) Grinder dan Bandler, dan pembelajaran eksperensial [berdasarkan pengalaman] Hahn serta temuan-temuan mutakhir neurolinguistik mengenai peranan dan fungsi otak kanan mendominasi atau mewarnai secara kuat sosok [profil] pembelajaran kuantum. Teori kecerdasan ganda, teori pemograman neurolinguistik, dan temuan-temuan mutakhir neurolinguistik sangat berpengaruh terhadap pandangan dasar pembelajaran kuantum mengenai kemampuan manusia selaku pembelajar – khususnya kemampuan otak dan pikiran pembelajar. Selain itu, dalam batas tertentu teori dan temuan tersebut juga berpengaruh terhadap pandangan dasar pembelajaran kuantum tentang perancangan, penyajian, dan pemudahan [fasilitasi] proses pembelajaran untuk mengembangkan dan melejitkan potensi-diri pembelajar – khususnya kemampuan dan kekuatan pikiran pembelajar. Sementara itu, pembelajaran akseleratif, pembelajaran eksperensial, dan pembelajaran kooperatif sangat berpengaruh terhadap pandangan dasar pembelajaran kuantum terhadap kiat-kiat merancang, menyajikan, mengelola, memudahkan, dan atau mengorkestrasi proses pembelajaran yang efektif dan optimal – termasuk kiat memperlakukan faktor-faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran.

KARAKTERISTIK UMUM
Walaupun memiliki akar landasan bermacam-macam sebagaimana dikemukakan di atas, pembelajaran kuantum memiliki karakteristik umum yang dapat memantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik umum yang tampak membentuk sosok pembelajaran kuantum sebagai berikut.
• Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai. Oleh karena itu, pandangan tentang pembelajaran, belajar, dan pembelajar diturunkan, ditransformasikan, dan dikembangkan dari berbagai teori psikologi kognitif; bukan teori fisika kuantum. Dapat dikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantum tidak berkaitan erat dengan fisika kuantum – kecuali analogi beberapa konsep kuantum. Hal ini membuatnya lebih bersifat kognitif daripada fisis.
• Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis. Manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatiannya. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi, dan sebagainya dari pembelajar diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal. Hadiah dan hukuman dipandang tidak ada karena semua usaha yang dilakukan manusia patut dihargai. Kesalahan dipandang sebagai gejala manusiawi. Ini semua menunjukkan bahwa keseluruhan yang ada pada manusia dilihat dalam perspektif humanistis.
• Pembelajaran kuantum lebih bersifat konstruktivis(tis), bukan positivistis-empiris, behavioristis, dan atau maturasionistis. Karena itu, menurut hemat penulis, nuansa konstruktivisme dalam pembelajaran kuantum relatif kuat. Malah dapat dikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantum merupakan salah satu cerminan filsafat konstruktivisme kognitif, bukan konstruktivisme sosial. Meskipun demikian, berbeda dengan konstruktivisme kognitif lainnya yang kurang begitu mengedepankan atau mengutamakan lingkungan, pembelajaran kuantum justru menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal dan memudahkan keberhasilan tujuan pembelajaran.
• Pembelajaran kuantum berupaya memadukan [mengintegrasikan], menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi-diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan [fisik dan mental] sebagai konteks pembelajaran. Atau lebih tepat dikatakan di sini bahwa pembelajaran kuantum tidak memisahkan dan tidak membedakan antara res cogitans dan res extenza, antara apa yang di dalam dan apa yang di luar. Dalam pandangan pembelajaran kuantum, lingkungan fisikal-mental dan kemampuan pikiran atau diri manusia sama-sama pentingnya dan saling mendukung. Karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulan yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.
• Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekadar transaksi makna. Dapat dikatakan bahwa interaksi telah menjadi kata kunci dan konsep sentral dalam pembelajaran kuantum. Karena itu, pembelajaran kuantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna. Di sini proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan interaksi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya-cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar. Interaksi yang tidak mampu mengubah energi menjadi cahaya harus dihindari, kalau perlu dibuang jauh dalam proses pembelajaran. Dalam kaitan inilah komunikasi menjadi sangat penting dalam pembelajaran kuantum.
• Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Di sini pemercepatan pembelajaran diandaikan sebagai lompatan kuantum. Pendeknya, menurut pembelajaran kuantum, proses pembelajaran harus berlangsung cepat dengan keberhasilan tinggi. Untuk itu, segala hambatan dan halangan yang dapat melambatkan proses pembelajaran harus disingkirkan, dihilangkan, atau dieliminasi. Di sini pelbagai kiat, cara, dan teknik dapat dipergunakan, misalnya pencahayaan, iringan musik, suasana yang menyegarkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan sebagainya. Jadi, segala sesuatu yang menghalangi pemercepatan pembelajaran harus dihilangkan pada satu sisi dan pada sisi lain segala sesuatu yang mendukung pemercepatan pembelajaran harus diciptakan dan dikelola sebaik-baiknya.
• Pembelajaran kuantum sangat menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. Kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks, santai, dan menyenangkan, sedang keartifisialan dan kepura-puraan menimbulkan suasana tegang, kaku, dan membosankan. Karena itu, pembelajaran harus dirancang, disajikan, dikelola, dan difasilitasi sedemikian rupa sehingga dapat diciptakan atau diwujudkan proses pembelajaran yang alamiah dan wajar. Di sinilah para perancang dan pelaksana pembelajaran harus bekerja secara proaktif dan suportif untuk menciptakan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran.
• Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak bermakna dan tidak bermutu membuahkan kegagalan, dalam arti tujuan pembelajaran tidak tercapai. Sebab itu, segala upaya yang memungkinkan terwujudnya kebermaknaan dan kebermutuan pembelajaran harus dilakukan oleh pengajar atau fasilitator. Dalam hubungan inilah perlu dihadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman pembelajar perlu diakomodasi secara memadai. Pengalaman yang asing bagi pembelajar tidak perlu dihadirkan karena hal ini hanya membuahkan kehampaan proses pembelajaran. Untuk itu, dapat dilakukan upaya membawa dunia pembelajar ke dalam dunia pengajar pada satu pihak dan pada pihak lain mengantarkan dunia pengajar ke dalam dunia pembelajar. Hal ini perlu dilakukan secara seimbang.
• Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan atau mendukung, dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi penyajian yang prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar-untuk-belajar, dan keterampilan hidup. Konteks dan isi ini tidak terpisahkan, saling mendukung, bagaikan sebuah orkestra yang memainkan simfoni. Pemisahan keduanya hanya akan membuahkan kegagalan pembelajaran. Kepaduan dan kesesuaian keduanya secara fungsional akan membuahkan keberhasilan pembelajaran yang tinggi; ibaratnya permainan simfoni yang sempurna yang dimainkan dalam sebuah orkestra.
• Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan [dalam] hidup, dan prestasi fisikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlakukan, dan dikelola secara seimbang dan relatif sama dalam proses pembelajaran; tidak bisa hanya salah satu di antaranya. Dikatakan demikian karena pembelajaran yang berhasil bukan hanya terbentuknya keterampilan akademis dan prestasi fisikal pembelajar, namun lebih penting lagi adalah terbentuknya keterampilan hidup pembelajar. Untuk itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat terwujud kombinasi harmonis antara keterampilan akademis, keterampilan hidup, dan prestasi fisikal.
• Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Tanpa nilai dan keyakinan tertentu, proses pembelajaran kurang bermakna. Untuk itu, pembelajar harus memiliki nilai dan keyakinan tertentu yang positif dalam proses pembelajaran. Di samping itu, proses pembelajaran hendaknya menanamkan nilai dan keyakinan positif dalam diri pembelajar. Nilai dan keyakinan negatif akan membuahkan kegagalan proses pembelajaran. Misalnya, pembelajar perlu memiliki keyakinan bahwa kesalahan atau kegagalan merupakan tanda telah belajar; kesalahan atau kegagalan bukan tanda bodoh atau akhir segalanya. Dalam proses pembelajaran dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah (punishment dan reward) tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai. Nilai dan keyakinan positif seperti ini perlu terus-menerus dikembangkan dan dimantapkan. Makin kuat dan mantap nilai dan keyakinan positif yang dimiliki oleh pembelajar, kemungkinan berhasil dalam pembelajaran akan makin tinggi. Dikatakan demikian sebab “Nilai-nilai ini menjadi kacamata yang dengannya kita memandang dunia. Kita mengevaluasi, menetapkan prioritas, menilai, dan bertingkah laku berdasarkan cara kita memandang kehidupan melalui kacamata ini”, ungkap DePorter dalam Quantum Business (2000:54).
• Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Keberagaman dan kebebasan dapat dikatakan sebagai kata kunci selain interaksi. Karena itu, dalam pembelajaran kuantum berkembang ucapan: Selamat datang keberagaman dan kebebasan, selamat tinggal keseragaman dan ketertiban!. Di sinilah perlunya diakui keragaman gaya belajar siswa atau pembelajar, dikembangkannya aktivitas-aktivitas pembelajar yang beragam, dan digunakannya bermacam-macam kiat dan metode pembelajaran. Pada sisi lain perlu disingkirkan penyeragaman gaya belajar pembelajar, aktivitas pembelajaran di kelas, dan penggunaan kiat dan metode pembelajaran.
• Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.

Etika Berlalulintas Masuk Kurikulum Sekolah

Etika Berlalulintas Masuk Kurikulum Sekolah
Senin, 11 Mei 2009 , 13:35:00

CIREBON, (PRLM).- Materi etika atau tertib berlalulintas bakal masuk kurikulum sekolah di Kota Cirebon. Materi etika berlalulintas bakal menjadi bagian dari pelajaran muatan lokal budi pekerti.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon H. Dedi Windiagiri mengatakan, materi pelajaran etika berlalulintas nantinya bakal dimasukan sebagai salah satu materi pengajaran untuk mata pelajaran muatan lokal (mulok) budi pekerti.

"Soal nanti siap yang akan memberikan materi apakah bapak-bapak polisi langsung atau guru yang dibekali dengan modul yang ada, nanti akan dibicarakan lebih lanjut," katanya Senin (11/5).

Namun Dedi mengakui, pihaknya lebih cenderung untuk mengambil solusi kedua yakni materi akan diberikan oleh guru sekolah. "Tinggal bapak-bapak polisi yang menyediakan dan menyiapkan modulnya, materi apa saja yang akan diberikan kepada siswa," katanya.

Dedi mengakui maraknya geng motor yang melibatkan siswa SLTP atau SLTA membuatnya khawatir. "Sejauh ini kami sudah menjalin kerja sama dengan Polresta Cirebon yang setiap Senin dalam apel pagi melaukan sosialisasi.

Sementara itu, Kapolresta Cirebon Ajun Komisaris Besar Ir. Ary Laksmana didampingi Kasat Lantas Ajun Komisaris Ii Rusdiandi, menyatakan, masuknya materi tersebut dalam kurikulum dilakukan untuk meningkatkan kedisiplinan berlalu lintas. "Selama ini kami terus melakukan sosialisasi dengan pihak-pihak sekolah mengenai etika berlalu lintas, melalui apel pagi setiap hari Senin. Mulai tahun ajaran baru nanti, kegiatan sosialisasi ditingkatkan dan masuk materi pelajaran," kata Ary didampingi Ii Rusdiandi.

Dikatakan Ii, masuknya materi pelajaran etika berlalulintas dilakukan agar kegiatan sosialisasi dapat lebih mengena. "Rencananya seperti itu. Mudah-mudahan tidak ada perubahan, sehingga pada tahun ajaran baru, sudah bisa diberikan," kata Ii.

Ii berharap, masuknya mata pelajaran lalu lintas masuk dalam kurikulum, dapat meningkatkan kedisiplinan dan kesadaran berlalu lintas pada masyarakat.

Menurut Ii, saat ini tidak sedikit pengguna jalan yang masih berdisiplin rendah, termasuk anak sekolah. Tidak sedikit pengendara, baik roda dua maupun empat, yang belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).

Menyinggung soal maraknya aksi kejahatan geng motor, Ii mengemukakan, pihaknya mulai merangkul klub-klub otomotif, baik sepeda motor, maupun mobil. "Tujuannya, menjadikan klub-klub otomotif sebagai mitra kerja kepolisian, sehingga tercipta situasi kamtibmas yang kondusif," katanya. (A-92/A-120)***

Dikmas Lantas Masuk Kurikulum Sekolah

Dikmas Lantas Masuk Kurikulum Sekolah

Berita Lainnya
Penerangan Jalan Yang Minim Pemicu Laka Lantas
Terobos Lampu Merah
489 Perlintasan Kereta Api di Jateng Tanpa Palang
Jasa Raharja Sumsel Berikan Pelayanan Kesehatan Gratis
Pulang Masjid ABG Trek-trekan di Mulawarman
16 Maret 2009.
Berita Lainnya
Penerangan Jalan Yang Minim Pemicu Laka Lantas
Terobos Lampu Merah
489 Perlintasan Kereta Api di Jateng Tanpa Palang
Jasa Raharja Sumsel Berikan Pelayanan Kesehatan Gratis
Pulang Masjid ABG Trek-trekan di Mulawarman


Jajaran Polda Kalteng terus melakukan terobosan untuk menekan angka kecelakaan, beberapa Polres didaerah melakukan kerjasama (MoU) dengan Dinas Pendidikan agar program pendidikan lalu lintas (Dikmas Lantas) masuk dalam kerikulum sekolah. Dalam pelaksanaannya apakah petugas dari kepolisian langsung kesekolah sekolah memberikan meteri lantas atau guru guru dididik, dilatih di sekolah Polisi Negara (SPN) Palangka Raya, diharapkan kegiatan diklantas terprogram di setiap sekolah. Adapun materi yang akan dimasukkan dalam kurikulum ekstrakulikuler sekolah adalah : tata cara berlalu lintas, praktek berkendaraan dengan aman, pengurusan surat surat kendaraan bermotor, UNDANG AUNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14 Tahun 1992 tentang LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.



Dari data yang ada korban kecelakaan tahun 2008 yang disantuni sebanyak 579 orang, 14 % yang menjadi korban pelajar usia berkisar 15 – 19 tahun, dengan dimasukkannya dikmas lantas masuk program kurikulum sekolah diharapkan akan dapat menekan angka kecelakaan lalu lintas.







Home
Info Utama
Kecelakaan
Asuransi
Transportasi
Mancanegara
Keselamatan
Nasional
Peristiwa
Konsultasi
Tips
Majalah
Layanan
Tentang Jasa Raharja
Laporan
Dikmas Lantas Masuk Kurikulum Sekolah

Berita Lainnya
Penerangan Jalan Yang Minim Pemicu Laka Lantas
Terobos Lampu Merah
489 Perlintasan Kereta Api di Jateng Tanpa Palang
Jasa Raharja Sumsel Berikan Pelayanan Kesehatan Gratis
Pulang Masjid ABG Trek-trekan di Mulawarman
16 Maret 2009.
Berita Lainnya
Penerangan Jalan Yang Minim Pemicu Laka Lantas
Terobos Lampu Merah
489 Perlintasan Kereta Api di Jateng Tanpa Palang
Jasa Raharja Sumsel Berikan Pelayanan Kesehatan Gratis
Pulang Masjid ABG Trek-trekan di Mulawarman


Jajaran Polda Kalteng terus melakukan terobosan untuk menekan angka kecelakaan, beberapa Polres didaerah melakukan kerjasama (MoU) dengan Dinas Pendidikan agar program pendidikan lalu lintas (Dikmas Lantas) masuk dalam kerikulum sekolah. Dalam pelaksanaannya apakah petugas dari kepolisian langsung kesekolah sekolah memberikan meteri lantas atau guru guru dididik, dilatih di sekolah Polisi Negara (SPN) Palangka Raya, diharapkan kegiatan diklantas terprogram di setiap sekolah. Adapun materi yang akan dimasukkan dalam kurikulum ekstrakulikuler sekolah adalah : tata cara berlalu lintas, praktek berkendaraan dengan aman, pengurusan surat surat kendaraan bermotor, UNDANG AUNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14 Tahun 1992 tentang LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN.



Dari data yang ada korban kecelakaan tahun 2008 yang disantuni sebanyak 579 orang, 14 % yang menjadi korban pelajar usia berkisar 15 – 19 tahun, dengan dimasukkannya dikmas lantas masuk program kurikulum sekolah diharapkan akan dapat menekan angka kecelakaan lalu lintas.