BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Rabu, 18 Maret 2009

Hasil Observasi UN

PEMBAHASAN

2.1 Profil Sekolah

Nama Sekolah : SMAK Satu Bhakti Bogor

Alamat Sekolah : JL. Kartini no 3 Kota Bogor

No. Telpon : ' (0251) 328150

Email : SMAK1Bakti@Gmail.com

N I S : 300290

NDS :B.22054006

2.2 Profil Narasumber

Nama : Junias Simanjuntak. S.Kom

Tempat Lahir : Bogor

Tanggal Lahir : 16 Desember 1972

NIP : NUPTK 1538.7506.5220.0033

Riwayat Pendidikan :

1. SD 84 Jakarta

2. SMP 88 Jakarta

3. SMA 91 Jakarta

4. Universitas Gunadharma

Jurusan Teknik Komputer 1997

Riawayat Pekerjaan :

1. Tahun 1998 bekerja di Astra Credit Company

2. Tahun 1999 menjadi dosen di Triguna

3. Tahun 2000 sampai sekarang menjadi guru di SMAK Satu Bhakti

4. Tahun 2004 diangkat menjadi Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan

5. Tahun 2005-2006 menjadi supervisor technology support di CV target data infosolusi

2.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam observasi yang saya lakukan, yang bertindak sebagai narasumber adalah Bpk. Junias Simanjuntak S.Kom., yang akrab saya panggil dengan nama Abang, beliau menjawab pertanyaan demi pertanyaan saya dengan singkat, lalu saya belajar menyimpulkan setiap point jawaban yang diberikan.

Teknik yang saya gunakan untuk memperoleh data adalah dengan menggunakan teknik wawancara, sehingga melalui percakapan-percakapan tersebut saya memperoleh berbagai informasi mengenai kegiatan yang berjalan dan dilakukan sekolah pra-Ujian Nasional. Adapun pengertian wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti mengenai bidang atau sesuatu yang dibutuhkan oleh peneliti dalam rangka melengkapi data yang diperoleh melalui observasi. Dengan teknik wawancara tersebut, saya memperoleh data-data mengenai pelaksanaan Ujian Nasional, mulai dari persiapan dan pelaksanaan.

2.4 Laporan Hasil Observasi

Observasi untuk mata kuliah evaluasi pengajaran ini saya lakukan pada tanggal 28 Februari 2009, saya pergi ke SMAK Satu Bhakti bersama dengan adik saya yang bernama Nsie. Sebelumnya sudah membuat janji untuk bertemu dengan Bapak Junias Simanjuntak S.Kom selaku wakil kepala sekolah bidang kesiswaan pukul 12.00 siang ketika sekolah sudah selesai, namun pada saat itu diadakan rapat dadakan guru sehingga saya harus menunggu sekitar 2 jam.

Sekitar pukul 14.00 saya baru dapat melakukan wawancara dengan beliau. Wawancara berlangsung selama 45 menit. Memang inilah resiko yang harus ditanggung oleh saya sebagai pencari berita, begitu sulit untuk bertatap muka dengan narasumber dan ketika dapat bertatap muka, hanya memiliki waktu yang terbatas. Pertama-tama beliau menanyakan kepada saya apa tujuan saya datang dan apa yang mau saya tanyakan. Saya mengajukan beberapa pertanyaan seputar Ujian Nasional di sekolah tersebut untuk memenuhi tugas kuliah evaluasi pembelajaran.

· Pandangan mengenai Ujian Nasional dari pihak sekolah

Bpk. Junias mengatakan bahwa dia setuju dengan adanya Ujian Nasinonal karena lewat ini kita dapat melihat kualitas secara menyeluruh dari pendidikan kita selama ini, tetapi dari sisi lain kurang setuju karena menurut beliau untuk penyetaraan kualitas ataupun mutu pendidikan memang perlu dilaksanakan Ujian Nasional, tetapi seharusnya dilakukan sesuai dengan kemampuan dari sekolah yang bersangkutan tersebut, ketika diadakan Ujian Nasional maka itu membuktikan adanya mutu pendidikan yang tidak merata di negara kita, sekolah semestinya bukan hanya mencari kenaikan peringkat untuk kepentingan golongan maupun pribadi saja tetapi juga melihat mental dari kesiapan anak didik dan sekolah itu sendiri.

Beliau juga berpendapat bahwa poin yang dinilai dalam Ujian Nasional hanya satu aspek kemampuan, yaitu kognitif, sedangkan kedua aspek lain yaitu keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif) tidak diujikan sebagai penentu kelulusan. Kebanyakan sekolah yang siap mental dapat mengikuti ujian, tetapi mereka yang terpuruk tidak dapat ikut serta secara maksimal sehingga hasil yang diperoleh juga tidak maksimal. Saya berharap pemerintah jangan menyamaratakan kemampuan sekolah yang di kota dengan di desa , itu akan menyebabkan terlihatnya rentang kualitas yang sangat berbeda

· Pelaksanaan Ujian Nasional di tingkat menengah atas

Beliau menjelaskan bahwa di SMAK Satu Bhakti sendiri Ujian Nasional akan diadakan pada tanggal 20 April sampai dengan 24 April 2009, untuk Ujian Akhir Sekolah diadakan pada tanggal 13 Mei sampai dengan 17 Mei 2009, dan untuk kelulusannya pada tanggal 13 Juni 2009.Waktunya semakin dekat karena itu beliau menegaskan bahwa dari pihak sekolah maupun orang tua sedang mengencangkan ikat pinggang guna memperoleh hasil yang maksimal. Bersama mendukung anaknya sehingga dapat melewati ujian dengan baik dan memperoleh hasil maksimal.

· Pelajaran yang diujikan oleh pemerintah

Berdasarkan keputusan pemerintah, untuk jurusan IPA yang diujikan ada 6 mata pelajaran yaitu matematika, B.Indonesia, B.Inggris, fisika, biologi, dan kimia. Untuk jurusan IPS juga ada 6 mata pelajaran yaitu matematika, B.Indonesia, B.Inggris, ekonomi akuntansi, geografi, dan sosiologi. Di sekolah ini sejak bulan Januari suadah berfokus pada pelajaran yang di Ujian Nasional kan saja. Dengan begini kami berharap hasil yang dicapai akan maksimal.

Ada siswa yang menguasai matematika, namun lemah pada mata pelajaran bahasa Inggris, sehingga merasa bahasa inggris merupakan mata pelajaran yang paling dikhawatirkan, begitu pula sebaliknya.

Namun, dilihat dari hasil UN tahun lalu, siswa kelas XII program IPA cenderung mengatakan sulit pada mata pelajaran fisika, bukan matematika, alasanya karena matematika hitungan, ilmu pasti. Sedangkan fisika banyak rumus-rumus yang harus dikuasai dan dipahami. Untuk siswa kelas XII program IPS, masih sama dari tahun ke tahun, yang menjadi kendala adalah mata pelajaran ekonomi, terutama materi ekonometrik.

Solusinya, yang telah dijelaskan tadi, melaksanakan program bimbingan belajar, sebagai wadah siswa melakukan pendalaman materi. Di bimbel ini, suasana nya berbeda dengan belajar di kelas. Saat bimbel, porsi mengerjakan soal dan menyelesaikan soal lebih banyak daripada pemberian materi secara ceramah, siswa aktif menanyakan bagian mana yang belum dipahami, diadakan diskusi juga dalam menjawab soal yang dianggap sulit. Ini lah yang dinamakan pembentukan pola belajar siswa.

Bertambahnya jumlah mata pelajaran yang diujikan, menyebabkan fokus siswa menjadi terpecah, karena beban siswa otomatis bertambah. Namun, bertambahnya jumlah mata pelajaran diiringi adanya penurunan SKL UN dari pemerintah.Standar rata-rata keseluruhan mata pelajaran dalam ujian kali ini adalah 5,5. Nilai ini mengalami penurunan dari tahun lalu yaitu pada tahun 2007 yang memiliki rata – rata 6. Penurunan ini disebabkan karena angkatan tahun yang lalu tidak mencapai target sesuai yang diharapkan

· Persiapan Ujian Nasional

Sejauh ini sudah 90% dari keseluruhan yang harus disiapkan. Untuk persiapan, kepanitiaan inti dari sekolah ini sendiri sudah dibentuk sejak Februari 2009 untuk Ujian Nasional, Ujian Akhir Sekolah, dan Ujian Praktek. Pengawas dari SMAK Satu Bhakti yang dikirim ke Dinas berjumlah 4 orang untuk ditukar dengan pengawas yang berasal dari sekolah lain. Akhir Maret atau awal April pihak sekolah sudah menerima nama – nama pengawas dari lembaga pendidikan yang lain berjumlah 4 orang dan 1 orang guru juga 1 orang dosen.

Untuk Ujian Nasional kali ini, pengawas independent wajib masuk ke kelas. Untuk administrasi, berkas – berkas yang diperlukan sudah disiapkan seperti berkas daftar hadir, mata pelajaran,dll. Juga sudah dipersiapkan dalam bidang kesiswaan itu sendiri dengan menguatkan mental dari peserta didik. Persiapan dua kali try out, pertama pada bulan November dan yang kedua bulan januari. Selain itu juga diadakan pengayaan, pemetaan dan pemahaman akan bahan ujian. Setelah diadakan try out pertama, peserta didik yang dinyatakan belum lulus akan diberi pengayaan lebih. Dan juga ada reimidial.

· Pelaksanaan Ujian Nasional

Pelaksanaannya untuk Ujian Nasional dilaksanakan pada tanggal 20 April 2009 sampai dengan 24 April 2009, untuk Ujian Akhir Sekolah diadakan pada tanggal 13 Mei sampai dengan 17 Mei 2009, untuk Ujian Praktek dilaksanakan pada tanggal 27 April sampai dengan 6 Mei 2009 dan untuk kelulusannya pada tanggal 13 Juni 2009

· Pengawasan Ujian Nasional

Dalam pengawasan sendiri, kami dari pihak sekolah menyiapkan 2 orang setiap hari dalam mengawasi pelaksanaannya dibantu dengan panitia inti dan juga satgas yang berasal dari guru yang didampingi dengan polisi. Jadi kami mengawasi radius 500 m dari lingkungan sekolah supaya tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan. Menurut beliau itu sudah cukup aman dalam mengawasi jalannya Ujian Nasional

· Kendala dalan Ujian Nasional

Kendala yang dihadapi dalam persiapannya adalah keterbatasan daya, dana dan waktu. Karena dana dan waktu yang dimiliki kurang banyak sehingga persiapan tidak maksimal dan juga karena tim inti memiliki keterbatasan sehingga tidak dapat maksimal dalam mengerjakan job des masing – masing. Siswa yang kurang motivasi dalam menghadapi UN sehingga mereka terkesan terlalu santai.

Dari segi guru yaitu sulitnya pengatuan jadwal, dimana guru terkadang tidak hanya mengajar di satu sekolah, tetapi ada yang merangkap mengajar di sekolah lain dan ada juga yang mengajr di tempat les privat atau bimbingan belajar. Hal inilah yang kadang membuat pengaturan jadwal menjadi kendala tersendiri, guru harusnya memiliki komitmen untuk memenuhi jadwal untuk memepersiapkan perserta didik untuk menghadapi ujian.

Masalah yang sering timbul dalam persiapan UN yaitu masalah pendataan dimana sering terjadi kesalahan baik identitas peserta didik maupun kesalahan pengetikan data. Sehingga data yang sekolah harus kirimkan ke pusat tidak dapat diproses dengan cepat. Dan kadang dilakukan berulang-ulang sehingga tidak efektif dan efisien.

· Harapan Mengenai Ujian Nasional

Harapannya supaya ada ujian yang berkualitas yang dibuat pemerintah. Bukan hanya untuk mencapai terget pemerintah maupun mengejar pamor untuk sekolah elit. Akan lebih baik jika Ujian Nasional hanya diikuti oleh sekolah yang sudah merasa mampu untuk mencapai standarisasi dari pemerintah(standar nasional).

Maksud beliau selama ini pemerintah yang menurunkan standar yang ada disesuaikan dengan sekolah yang paling rendah standarnya. Selama ini Ujian Nasional hanya menguntungkan bagi sekolah elit saja yang sudah pasti bisa mencapai standar tersebut, sedangkan untuk sekolah yang dibawah standar (berada di luar pulau Jawa maupun daerah terpencil lainnya) harus berjuang dengan sangat keras supaya anak didiknya dapat melewati ujian tersebut. Lagipula dengan keadaan seperti ini, tercipta kesenjangan sosial yang tidak dapat dihindarkan antar sekolah. Menurut beliau untuk membuat standar pendidikan di Indonesia lebih tinggi nilainya dengan Ujian Nasional, pemerintah harus menetapkan standar yang tinggi dan sekolah yang berlomba-lomba untuk mencapai standar tersebut.

Sekolah yang merasa mampu dapat mengajukan diri untuk mengikuti ujian tersebut, sedangkan sekolah yang belum merasa mampu dapat mengadakan ujian mandiri. Dengan demikian, pemerintah tidak perlu menurunkan standar mengikuti sekolah dengan standar terendah dan tetap mendapatkan mutu pendidikan yang baik.

Setelah wawancara saya pulang ke rumah. Pada saat itu saya belummendapatkan surat keterangan dari sekolah karena dipersulit oleh birokrasi sekolah sehingga saya harus menunggu sekitar 2 minggu sampai akhirnya saya kembali lagi ke SMAK Satu Bhakti pada tanggal 14 Maret 2009 sekitar pukul 13.00 bersama dengan adik saya Nsie untuk mengambil surat keterangan observasi dan berfoto bersama.Setelah surat dan foto sudah saya peroleh, saya segera pulang ke rumah dan menyusun laporan observasi ini.

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Ujian Nasional belu mencapai keefektifan dalam pendidikan misalnya dalam ilmu kependidikan, kemampuan peserta didik mencakup tiga aspek, yakni pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif). Tapi yang dinilai dalam Ujian Nasional hanya satu aspek kemampuan, yaitu kognitif, sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan sebagai penentu kelulusan.

Dari sisi yuridis, pasal dalam UU Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan, yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Ujian Nasional hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah. Pasal 58 ayat 1 menyatakan, evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

Kenyataannya, selain merampas hak guru melakukan penilaian, Ujian Nasional mengabaikan unsur penilaian yang berupa proses. Selain itu, pada pasal 59 ayat 1 dinyatakan, pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan Tapi dalam Ujian Nasional pemerintah hanya melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan tugas pendidik. Selanjutnya dari sisi sosial dan psikologis. Dalam mekanisme Ujian Nasional yang diselenggarakannya, pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada tahun 2003/2004 dan 4,25 pada tahun 2004/2005.

Ini menimbulkan kecemasan psikologis bagi peserta didik dan orang tua siswa. Siswa dipaksa menghafalkan pelajaran-pelajaran yang akan di-Ujian Nasional-kan di sekolah ataupun di rumah. Dari sisi ekonomi. Secara ekonomis, pelaksanaan Ujian Nasional memboroskan biaya. Tahun lalu, dana yang dikeluarkan dari APBN mencapai Rp 260 miliar, belum ditambah dana dari APBD dan masyarakat. Pada 2005 memang disebutkan pendanaan Ujian Nasional berasal dari pemerintah, tapi tidak jelas sumbernya, sehingga sangat memungkinkan masyarakat kembali akan dibebani biaya.

Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk menangkal penyimpangan finansial dana Ujian Nasional. Sistem pengelolaan selama ini masih sangat tertutup dan tidak jelas pertanggungjawabannya.Maka dapat disimpulkan bahwa perlu adanya perbaikan dalam kebijakan pemerintah mengenai Ujian Nasional tersebut, sehingga dapat lebih menguntungkan masyarakat dan dunia pendidikan.

3.2 Saran

Dalam observasi yang selanjutnya saya berharap dapat mendapatkan pengarahan dari dosen lebih matang lagi sehingga saya tidak bingung terhadap materi yang harus saya observasi.

0 komentar: